Minggu, 30 November 2008

ADAB PERGAULAN SESAMA MUSLIM

Allah ta’ala berfirman :

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” ( Az-Zukhruf : 67 )

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “seseorang itu sesuai agama teman dekatnya, maka hendaknya dia melihat kepada siapakah dia berteman dekat”

1. Memilih Teman Bergaul Dan Teman Duduk :

Telah dikemukakan sebelumnya hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu secara mar’fu’ : “Seseorang itu sesuai agama teman dekatnya maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat bersama siapakah dia berteman”

Maknanya : Bahwa seseorang itu sesuai kebiasaan temannya tingkah laku dan gaya hidupnya, maka hendaknya dia memperhatikan dan meneliti “Bersama siapakah dia berteman”. Barang siapa diridhai agama dan akhlaknya maka hendaknya dia berteman dengannya dan kalau tidak hendaknya dia menjauhinya, karena tabiat itu adalah sesuatu yang dicuri/diambil dari orang lain, sebagaimana disebutkan didalam kitab ‘Aun Al-Ma’bud

2. Mencintai Karena Allah :

Kedudukan Persaudaraan yang paling agung adalah ketika hal itu karena Allah dan untuk Allah, tidak untuk mendapatkan kedudukan, atau mendapatkan manfaat yang segera atau yang akan datang, tidak karena mendapatkan materi, atau selainnya. Dan barang siapa kecintaannya kepada temannya karena Allah dan persaudaraannya karena Allah sungguh dia telah mencapai puncak tujuan, dan agar seseorang itu berhati-hati jangan sampai kecintaannya tersebut terselip kepentingan-kepentingan duniawi yang akan mengotori dan menyebabkan kerusakan persaudaraan.

Catatan penting 1 : Sepatutnya bagi orang yang mencintai saudaranya karena Allah agar memberitahukannya tentang hal tersebut, dan di dalam hal ini ditunjukkan didalam sunnah yang telah maklum. Anas bin Malik dan selainnya meriwayatkan, beliau berkata : “Bahwa ada seseorang yang berada di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka seorang laki-laki lain melewatinya. Laki-laki itu berkata wahai Rasulullah : Sesungguhnya saya mencintai laki-laki ini.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : “Apakah kamu telah memberitahukan kepadanya?”

Orang itu berkata : tidak. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Beritahukanlah kepadanya!” Maka orang itu pun menyusulnya dan berkata : Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah. Laki-laki tadi berkata : Semoga Allah mencintaimu yang karena-Nya engkau mencintaiku karenanya”. Pada riwayat Ahmad : “Nabi berkata : “Berdirilah dan kabarkanlah kepadanya maka hal itu akan mengokohkan kecintaan diantara kalian”.

Laki-laki yang bersama Nabi pun bangun dan menjumpainya kemudian mengabarkan kepadanya, dia berkata : “Sesungguhnya saya mencintaimu karena Allah atau dia berkata saya mencintaimu untuk lillah.

Laki-laki yang lewat itu berkata : “Semoga Allah mencintaimu yang mana engkau mencintaiku karenanya”

3. Menampakkan Senyum, Bersikap Lembut dan Kasih Sayang Kepada Sesama Saudara Seiman

Hal yang paling sedikitnya apabila seorang menjumpai saudara lainnya adalah menjumpainya dengnawajah yang berseri-seri, mulut yang penuh senyum. Hal ini bagian dari perkara ma’ruf dan adab yang sepatutnya ditampakkan diantara seorang saudara dengan saudaranya yang lain, agar dia ramah dan senyum di wajahnya setiap kali dia bertemu atau melihat saudaranya yang lain.

Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku : “Janganlah seseorang itu meremehkan perbuatan ma’ruf sedikitpun, walaupun dia menjumpai saudaranya dengan wajah yang berseri-seri”

Pada hadits riwayat Jabir radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : “Setiap perbuatan ma’ruf adalah sedekah, dan sesungguhnya termasuk perbuatan ma’ruf adalah seseorang menjumpai saudaranya dengan wajah berseri-seri…..al-hadits”

Alangkah indah syair yang diucapkan seseorang:

Hadiah manusia sebagian mereka kepada sebagian lainnya

Akan melahirkan di hati-hati mereka hubungan

Dan menumbuhkan di dalam sanubari rasa suka dan cinta

Dan akan memakaikan kecantikan apabila mereka bersua

4. Disunnahkan Memberi Nasihat Dan Hal Itu Termasuk Kesempurnaan Persaudaraan :

Nasihat adalah tuntutan syar’i yang dianjurkan oleh pembuat syariat. Dan merupakan bagian dari perkara-perkara yang menjadi sebab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membai’at para sahabatnya.

Jarir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu berkata “Saya membai’at Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar menegakkan shalat, menunaikan zakat, memberi nasihat kepada setiap muslim”[17].

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggandengkan tuntunan ini bersamaan dengan shalat dan zakat yang mana keduanya bagian dari rukun islam, yang menunjukkan kepada kita akan besarnya kedudukan tuntunan saling menasihati tersebut dan nilainya yang luhur.

5. Saling Tolong Menolong Sesama Ikhwan :

Kita memiliki teladan dan contoh dalam hal tersebut. Teladan yang paling besar tentang hal tersebut dari –Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Tidaklah sisi kerasulan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghalangi beliau untuk bersama-sama para sahabatnya dan memberi bantuan kepada mereka. Diantara hal tersebut keikut sertaan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama sahabatnya ketika membangun masjid Nabawi di Madinah.

Anas radhiallahu ‘anhu berkata : Mereka memindahkan batu-batuan sambil mendendangkan Ar-Rajaz (salah satu macam alunan –bahru- puisi, pent) dan Nabi bersama mereka dan beliau berkata :

Ya Allah tidak ada kebaikan kecuali kebaikan akhirat

Maka ampunilah kaum anshar dan kaum muhajirin

Dan yang semisal kejadian tersebut, yang terjadi pada peritiwa Khandak.

6. Sesama Saudara semestinya saling Merendahkan diri diantara mereka dan tidak sombong atau meremehkan yang Lain

Saling merendahkan diri dan lemah lembut kepada sesama saudara dapat mengekalkan persaudaraan ditengah-tengah mereka, dan memperkuat ikatan persaudaraan diantara mereka. Sedangkan takabbur dan sombong atau meremehkan orang lain adalah sebab sebagian diantara mereka akan menjauhi sebagian lainnya. Dan merupakan alamat putusnya tali persaudaraan diantara mereka.

Merendahkan diri itu sifat yang dituntut dan juga diperintahkan. Sedangkan sifat angkuh adalah sifat yang terlarang dan tercela.

‘Iyadh bin Himar radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri sampai tidak ada seorang pun meremehkan orang lain dan seseorang merebut jualan orang lain”

7. Berakhlak yang Terpuji :

Beruntung orang yang Allah pakaikan pakaian akhlak yang terpuji. Karena tidak seorang pun yang diberikan akhlak tersebut kecuali orang-orang akan menyebut dirinya dengan kebaikan, dan derajatnya akan terangkat ditengah-tengah mereka. Akhlak yang terpuji diantaranya dengan wajah yang berseri-seri, bersabar ketika mendapatkan gangguan, menahan marah, dan selainnya daripada kepribadian dan perangai yang terpuji.

Ibnu Manshur berkata : Saya bertanya kepada Abu Abdillah : Tentang akhlak yang baik. Berkata berkata : Agar kamu tidak marahdan tidak kasar.

Ishaq bin Rahawaih berkata : “ Akhlak yang terpuji adalah wajah yang berseri-seri dan tidak mudah marah dan yang semisalnya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Khallal.

8. Hati Yang Selamat

Diantara doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Lepaskanlah kedengkian di dalam hatiku” dan dalam riwayat At-Tirmidzi “Dan lepaskanlah kedengkian di dalam dadaku”. Kepribadian dan perilaku yang sangat luhur kedudukannya ini, ternyata sedikit orang berhias dengannya. Disebabkan jiwa manusia akan sangat sulit untuk lepas dari segala jeratannya, dan untuk mengalah dari hak-haknya bagi selainnya. Bersamaan itu pula, banyak manusia terjatuh perbuatan aniaya dan kezhaliman. Apabila seseorang menjumpai kezhaliman manusia, kejahilan dan kesewenang-wenangan mereka dengan hati yang selamat, dan tidak menghadapi kejahatan mereka dengan perbuatan kejahatan semisalnya, dan tidak dengki kepada mereka, niscaya dia akan mendapatkan kedudukan yang tinggi berupa akhlak yang tinggi dan perangai yang luhur.

9. Berbaik Sangka Kepada Ikhwan Dan Tidak Memata-Matai Mereka :

Dan diantara bentuk pergaulan yang baik sesama saudara adalah berbaik sangka kepada mereka. Memahami perkataan mereka dan segala perbuatan mereka kepada kemungkinan yang paling baik. Kita telah dilarang berburuk sangka karena hal tersebut termasuk perkataan yang paling dusta, sebagaimana disebutkan pada sebuah hadits bahwa Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Janganlah kalian berprasangka karena prasangka itu perkataan yang paling dusta, dan janganlah kalian mencari-cari berita dan memata-matai….al-hadits”.

Maksud larangan prasangka disini adalah larangan terhadap prasangka buruk. Al-Khaththabi berkata : “Yaitu menerima dan membenarkan setiap persangkaan tanpa ada kekhawatiran di dalam hati, maka sesungguhnya hal itu tidak terkendali.

Dan maksud pernyataan Al-Khaththabi bahwa prasangakn yang haram adalah prasangka yang seseorang tenggelam terus menerus melakukannya, dan menetap di hatinya.

“ Jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.” ( Al-Hujurat : 12 )

10. Memaafkan Kesalahan Dan Menahan Marah :

Ketika bercampur dan bergaul bersama manusia –mau tidak mau- ada padanya sesuatu kekurangan dan perlakuan yang melampui batas dari sebagian mereka kepada sebagian lainya apakah itu dengan perkatan maupun perbuatan, maka disunnahkan bagi orang yang terzhalimi agar menahan marah dan memaafkan orang yang menyzhaliminya, Allah ta’ala berfirman :

ﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ

“ Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. ( Asy-Syura : 37 )

Dan Allah ta’ala berfirman :

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” ( Ali Imran : 134 )

Dan tentang fiman Allah : “Dan orang-orang yang menahan amarahnya” yaitu : Apabila mereka mendapatkan gangguan dari orang lain sehingga menyebabkan kemarahan mereka dan hati mereka telah penuh dengan kekesalan, yang mengharuskan membalasnya dengan perkataan dan perbuatan, mereka tidak mengamalkan kosukuensi tabiat manusia tersebut.

11. Larangan Saling Hasad dan Saling Membenci Dan Memboikot :

Hal ini dijelaskan didalam hadits Anas radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Janganlah kalian saling membenci dan saling hasad, saling memboikot dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara, tidak halal bagi seorang muslim memboikot saudaranya yang lain diatas tiga hari”.

Hasad itu ada dua macam terpuji dan tercela. Hasad yang tercela adalah menginginkan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain, dan hal ini adalah perbuatan zhalim, aniaya dan permusuhan. Hasad dan yang terpuji adalah Al-Ghibthah yaitu menginginkan nikmat yang serupa yang ada pada orang lain tanpa adanya keinginan hilang nikmat tersebut padanya.

12. Larangan panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk

Termasuk penyakit lisan yang bisa mendatangkan dosa, mengobarkan kemarahan dan menyebabkan perpecahan diantara sesama sudara, yaitu, panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, memberi gelar kepada orang lain dengan gelar-gelar yang buruk lagi tercela, mereka saling mencela dengannya, dan ditertawakan atasnya dari celaan tersebut, padanya ada larangan dari Allah Maha Mulia diatas Ketinggian-Nya, Allah Ta’ala berfirman :

“Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman.” ( Al-Hujurat :11).

Dan seorang muslim berhak dengan keselamatan muslim yang lain dari lisan dan tangannya.

Abu Jubairah bin Adh-Dhahak radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, beliau berkata : Ayat ini diturunkan kepada Bani Salamah :

“Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman.” Beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kami dan tidaklah salah seorang dari kami kecuali dia mempunyai dua atau tiga nama, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil dengan “Wahai fulan.” Maka para sahabat berkata : Apa itu wahai Rasulullah, sesungguhnya dia akan marah dengan nama tersebut, maka turunlah ayat ini : “Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.” ( Al-Hujurat :11)

13. Disenangi mengadakan ishlah (perbaikan) antar sesama saudara

Tidak dapat dielakkan lagi adanya beberapa perselisihan dan pertengkaran diantara saudara, dari yang sudah barang tentu menyebabkan percekcokan dan permusuhan antara mereka. Telah disepakati pada masyarakat orang yang dijadikan oleh Allah sebagai perantara untuk mengadakan perbaikan antara orang-orang yang saling memutuskan hubungan dan orang-orang yang saling berselisih. Diriwayatkan dari Abu Darda’ radhiallahhu ‘anhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apakah kalian mau aku beritahukan dengan apa yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat dan shadaqah?” Para sahabat menjawab : Iya.beliau bersabda : “(Mengadakan) kebaikan dzatul-bain (antara sesama),sesungguhnya kerusakan antara sesama adalah kebinasaan.”

14. Keharaman mengungkit-ungkit pemberian

Pada umumnya apa yang terjadi antara saudara adalah saling hadiah menghadiahi dan saling memberi, yang satu memberi hadiah kepada yang lainnya, dan yang satu memberi kepada yang lainnya. Perbuatan ini merupakan kesempurnaan interaksi diantara sesama mereka. Dan penyebab agar seantiasa langgeng dan trus berkelanjutan.

15. Menjaga rahasia dan tidak menyebarluaskannya

Dan in termasuk amanah yang wajib untuk dijaga dan disembunyikan. Seseorang yang menyebarluaskan rahasia tergolong seorang yang mengkhianati amanah. Dan perbuatan tersebut salah satu dari sifat orang-ornag munafik.

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Tanda seorang munafik ada tiga: Apabila dia berkata dia berdusta, apabila dia berjanji maka dia menyalahinya dan apabila dia diserahi amanah maka dia berkhianat. “

16. Celaan kepada seseorang yang bermuka dua

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan maksud dari seorang yang bermuka dua, didalam sabda beliau: “ Engkau akan emndapatkan orang yang paling buruk disisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang bermuka dua. Yaitu seseorang yang menjumpai suatu kaum denganwajah demikian lalu kaum lainnya dengan wajah berbeda “

0 comment:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com