Senin, 01 Desember 2008

AURAT.........

Kata aurat berasal dari beberapa akar kata:
1. ‘awira = hilang perasaan, hilang cahaya, atau (untuk mata) lenyap penglihatan;
2. ‘aara = menutup dan menimbun;
3. a’wara = mencemarkan bila terlihat
Secara bahasa, aurat berarti malu, aib, buruk.

Di Islam, yang dimaksud dengan aurat adalah batas minimal dari anggota tubuh manusia yang wajib ditutup karena perintah ALLOH SWT. Anggota tubuh tersebut dapat menimbulkan birahi atau syahwat jika dibiarkan terbuka, karenanya mesti ditutup dan dijaga, sebagai bagian dari kehormatan manusia.

Jika kedua hal di atas digabung, maka aurat adalah anggota atau bagian dari tubuh manusia yang bila terbuka atau tampak akan menimbulkan rasa malu, aib, dan keburukan. Bagi yang terbuka auratnya, akan menimbulkan rasa malu, sedangkan bagi yang melihatnya akan menimbulkan rasa terangsang dan lain-lain.

Kewajiban menutup aurat sudah menjadi kesepakatan semua pihak. Tidak ada permasalahan/selisih pendapat mengenai aurat laki2. Semuanya sepakat bahwa aurat laki2 = bagian tubuh antara pusar (udel,Jawa) hingga lutut. Imam Hambali dan Imam Malik bahkan menyatakan bahwa aurat laki2 adalah 2 kemaluan, depan dan belakang.

Maka, tidaklah heran, jika kita (laki2) sholat mesti menggunakan penutup aurat, bisa berupa celana panjang, ataupun sarung. Celana pendek, terlebih celana dalam, tidak bisa digunakan untuk sholat, karena aurat masih terlihat.

Untuk perempuan, terdapat perbedaan pendapat diantara kaum ulama. Pendapat pertama menyatakan bahwa aurat perempuan adalah SEMUA/SELURUH TUBUHNYA, TERMASUK muka, kedua telapak tangan dan bahkan kukunya. Tidak heran kita akan temukan perempuan2 bercadar yang menutup hampir semua tubuhnya, kecuali sedikit matanya untuk melihat. Pendapat kedua menyatakan aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya KECUALI muka, kedua telapak tangan, dan kukunya. Termasuk di dalamnya kedua telapak kakinya.

Apapun perbedaan pendapat yang timbul, semua ulama sepakat bahwa MENUTUP AURAT, APA DAN BAGAIMANAPUN BATASNYA, adalah WAJIB. Dasar yang digunakan adalah:

>> An Nuur(24):30 “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.”

>> An Nuur(24):31 “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”

>> An Nuur(24):60 “Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

>> An Ahzab(33):33 “dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”

>> An Ahzab(33):59 “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.”

>> An A’raf(7):26 “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

UZLAH..........

Ibnu Athaillah Assukandary dalam Syarah Hikam menyebutkan bahwa dalam diri manusia terdapat bagian yang namanya al-qalbu (hati). Hati ini bisa membuat manusia sejahtera dan bisa pula membuat manusia sakit. Selanjutnya, dia mengatakan bahwa hati ini pula yang membuat tumbuhnya iman, tempat berseminya makrifat kepada Allah SWT, dan berkembangnya rasa keikhlasan.

Berkembangnya rasa keikhlasan manusia sangat dipengaruhi oleh gersang tidaknya hati manusia. Kegersangan hati manusia hanya bisa terobati oleh kedekatan dirinya pada Allah SWT. Bagaimana untuk bisa terus mendekatkan diri kepada Allah SWT? Hanya ada satu cara, yaitu ber-uzlah. Menurut Ibnu Athaillah, yang dimaksud dengan uzlah adalah menghadapkan hati secara terarah khusus kepada Allah SWT. Dengan demikian, menurut dia, hati akan terbebaskan dari masuknya gambaran-gambaran lain selain Allah SWT. Menurut Syekh Zarruq, orang yang ber-uzlah terbagi dalam tiga bagian. Pertama, orang yang ber-uzlah dengan hatinya saja sementara badannya tidak. Kedua, orang yang ber-uzlah badannya saja sementara hatinya tidak. Ketiga, orang yang ber-uzlah baik badan maupun hatinya.

Orang yang ber-uzlah menurut kriteria pertama adalah orang yang dapat memelihara hatinya dari keadaan sekitar dia. Meski hidup di tengah kemaksiatan, ia tidak terpengaruh oleh keadaan sekitarnya. Orang yang ber-uzlah menurut kriteria kedua adalah orang yang terpengaruh oleh keadaan sekitarnya meskipun ia tinggal menyendiri. Sedangkan orang yang ber-uzlah menurut kriteria ketiga adalah orang yang benar-benar menjauhkan diri dari keadaan sekitarnya baik fisik maupun hatinya.

Uzlah yang terbaik menurut Ibnu Athaillah adalah uzlah-nya Ahlun Nihayah atau manusia yang berada pada tingkat sempurna. Berdasar penjelasannya, orang yang berada pada tingkat ini, ciri-cirinya lebih dekat dengan pelaku uzlah yang masuk kelompok pertama. Orang yang masuk kriteria pertama ini hidupnya diibaratkan seekor ikan yang hidup di laut. Ikan laut tidak akan terasa asin walaupun ia hidup di air laut yang begitu asin. Begitulah hidup orang yang beriman, sangat dekat kepada Allah SWT. Ia tidak terpengaruh oleh keadaan sekitarnya yang penuh kemungkaran. Dia justru terus melawan kemungkaran itu.

Dakwah baginya merupakan kewajiban dalam rangka mencegah kemungkaran dan menegakkan yang makruf (QS Ali Imran: 104, 110). Tentu saja dakwah yang dilakukan adalah dakwah yang sesuai dengan perintah Allah SWT dan tuntunan Rasulullah SAW. Dakwah yang mengajak manusia untuk beriman kepada Allah SWT dengan cara memberi hikmah, memberi teladan yang baik, dan memperlakukan manusia dengan rasa kemanusiaan (QS An-Nahl: 125). Dengan dakwah seperti itu, manusia yang mendapatkan dakwahnya dapat melakukan uzlah untuk mencapai tingkat kesempurnaan (uzlah ahlun nihayah). Mudah-mudahan, dengan ber-uzlah kita semua bisa mencapai derajat takwa yang juga sempurna.

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

UJIAN KITA.......

Apapun yang menimpa diri kita, Insya Allah akan menjadi kebaikan kalau dihadapi dengan sikap positif.


Mencermati situasi saat ini, terasa betapa kehidupan dirasakan sangat berat. Bencana kebanjiran, tanah longsor, angin badai, dan maraknya kejahatan menjadi warna dominan dalam pemberitaan di media cetak ataupun elektronik. Kalau musibah atau ujian itu menimpa diri kita, apa yang harus kita lakukan untuk bisa menghadapinya ? Paling tidak ada tujuh trik untuk bisa menyelesaikan berbagai ujian kehidupan. Yaitu :

Pertama, yakini bahwa cobaan itu merupakan ekspresi cinta Allah pada hamba-Nya. Allah Swt memberikan cobaan agar kita menjadi lebih dewasa dan matang dalam mengarungi kehidupan.
Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik maka ia diberi-Nya cobaan."? (H.R.Bukhari)

Kedua, yakini bahwa makin besar dan banyak cobaan yang Allah turunkan kepada kita, makin besar pula pahala dan sayang Allah yang akan dilimpahkan kepada kita. Dengan catatan, kita bisa menyelesaikan setiap ujian itu secara baik. Anas r.a. berkata: Nabi saw. bersabda, "Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung pada besarnya cobaan. Sesungguhnya apabila Allah Ta'ala itu mencintai suatu kaum maka Ia mencobanya. Barang siapa yang rela menerimanya, ia mendapat keridhoan Allah, dan barang siapa yang murka, maka ia pun mendapat murka Allah" (H.R.Tirmidzi)

Ketiga, yakini bahwa ujian itu akan menghapuskan dosa-dosa yang pernah kita kerjakan. Abu Said dan Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Seorang muslim yang tertimpa penderitaan, kegundahan, kesedihan, kesakitan, gangguan, dan kerisauan, bahkan hanya terkena duri sekalipun, semuanya itu merupakan kafarat (penebus) dari dosa-dosanya (H.R. Bukhari dan Muslim)

Keempat, selalu berpikir positif bahwa apapun yang menimpa diri kita akan menjadi kebaikan. Abu Yahya Shuhaib bin Sinan r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Sungguh menakjubkan sikap seorang mukmin itu, segala keadaan dianggapnya baik dan hal ini tidak akan terjadi kecuali bagi seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu lebih baik baginya, dan apabila ditimpa penderitaan, ia bersabar, maka itu lebih baik baginya."(H.R.Muslim)

Kelima, yakini bahwa setelah dalam kesulitan ada kemudahan. Fakta menunjukkan, sering kali ide-ide brilian justru lahir atau muncul ketika kita berada dalam puncak kesulitan. Contoh sederhana, banyak mahasiswa bisa mengarang pada saat menghadapi soal-soal ujian bukan ? Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (Q.S. Alam Nasyrah 94: 5- 6)

Keenam, selalu optimis bahwa kita bisa menyelesaikan setiap ujian yang Allah swt. berikan, karena Allah swt. tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan hamba-Nya. Optimisme bisa melahirkan energi yang tersembunyi dalam diri kita, karena itu optimisme bisa menjadi bahan bakar untuk menyelesaikan segala persoalan. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (Q.S. Al-Baqarah 2 : 286)

Ketujuh, hadapi ujian dengan usaha dan doa. Kerahkan segala ihtiar untuk menyelesaikan ujian dan bingkai usaha itu dengan doa. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap" (Q.S. Alam Nasyarh 94 : 7 - 8). Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan doamu." (Q.S. Al-Mu'min 40: 60)



Itulah tujuh trik untuk menghadapi berbagai ujian. Apapun yang menimpa diri kita, Insya Allah akan menjadi kebaikan kalau dihadapi dengan sikap positif, optimisme, ihtiar yang maksial dan dibingkai dengan doa. Sesungguhnya pertolongan Allah akan turun kalau kita berada di klimaks ujian. Untuk itu, jadikanlah ujian sebagai tangga untuk meraih pertolongan Allah Swt.

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

Minggu, 30 November 2008

KECANTIKAN HAKIKI

Mode berkembang pesat dengan dalih simplicity (kesederhanaan) dan kepraktisan justru menjurus pada minimalisme dan sensualitas.


Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Ada dua golongan ahli neraka yang aku belum pernah melihatnya, yaitu kaum lelaki memegang cemeti bagaikan ekor sapi dipukulkan pada orang lain, dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, serong, dan menyerongkan kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang miring.Mereka tidak bisa masuk surga dan tak bisa merasakan baunya, padahal bau surga itu sebenarnya dapat dirasakan dari jarak sekian, sekian.'

Lebih dari 1.400 tahun lalu Rasulullah SAW telah mengingatkan tentang kecenderungan berpakaian wanita di suatu masa. Dirunut dengan fakta saat ini, hadis tersebut sangatlah relevan. Mode yang berkembang pesat yang didesain dengan dalih simplicity (kesederhanaan) dan kepraktisan justru menjurus pada minimalisme dan sensualitas.

Mengumbar paha, dada, lekuk tubuh, dan goyang seronok seolah dipaksakan untuk menjadi 'biasa'. Lebih runyam lagi ketika kemudian berkembang pemahaman bahwa kecantikan lebih cenderung diukur berdasarkan faktor fisik. Kulit yang putih, rambut yang hitam lurus, tubuh yang langsing, serta ukuran-ukuran vital dengan bilangan-bilangan tertentu seolah menjadi standar wajib seorang wanita dianggap cantik atau bukan.

Seseorang bisa dilahirkan cantik, buruk rupa, berkulit putih, merah, kuning, atau coklat dan hitam, karena hal itu adalah sunatullah, sebagai suatu ketetapan dari Allah. Tidak ada satu manusia pun yang mampu menolak dengan wajah seperti apa ia dilahirkan. Sehingga, bentuk rupa dan fisik seseorang tidak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.

Yang dinilai dari tiap-tiap manusia adalah bagaimana dia menggunakan apa yang diberikan Allah kepadanya, baik dia cantik atau biasa-biasa saja. Alangkah sia-sianya sebuah kecantikan bila digunakan tidak sesuai dengan kehendak pembuatnya, yaitu Allah SWT. Demikian pula akan sia-sia bila keburukan muka diratapi dan disesali, karena toh kita tidak dibebani dosa karena keburukan itu.

Akan lain halnya bila merawat tubuh. Selama hal tersebut tidak mengubah ciptaan Allah, maka justru harus dilakukan sebagai bentuk merawat ciptaan-Nya. Cantik yang hakiki justru tidak bertumpu pada fisik semata. Cantik hakiki dimunculkan dari dalam jiwa, dengan meresapkan pemahaman tentang Islam sehingga membentuk kepribadiannya.

Pemahaman Islam inilah yang niscaya akan menghasilkan kecantikan hakiki karena dia berkepribadian Islam: memiliki pola pikir Islami (aqliyah Islamiyah) dan berpola tingkah laku Islam (nafsiyah Islamiyah).

Maka, seseorang yang berkepribadian Islam ini tidak akan berpikir dengan selain kerangka berpikir Islam dan tidak akan berbuat selain dengan perbuatan yang sesuai dengan Islam. Benar-benar akan cantik dan indah luar dalam karena sesuai dengan keinginan yang Maha Indah, sesuai dengan penegasan hadis Rasulullah SAW, 'Sesungguhnya Allah adalah Maha Indah dan menyukai keindahan.'

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

ADAB PERGAULAN SESAMA MUSLIM

Allah ta’ala berfirman :

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” ( Az-Zukhruf : 67 )

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “seseorang itu sesuai agama teman dekatnya, maka hendaknya dia melihat kepada siapakah dia berteman dekat”

1. Memilih Teman Bergaul Dan Teman Duduk :

Telah dikemukakan sebelumnya hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu secara mar’fu’ : “Seseorang itu sesuai agama teman dekatnya maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat bersama siapakah dia berteman”

Maknanya : Bahwa seseorang itu sesuai kebiasaan temannya tingkah laku dan gaya hidupnya, maka hendaknya dia memperhatikan dan meneliti “Bersama siapakah dia berteman”. Barang siapa diridhai agama dan akhlaknya maka hendaknya dia berteman dengannya dan kalau tidak hendaknya dia menjauhinya, karena tabiat itu adalah sesuatu yang dicuri/diambil dari orang lain, sebagaimana disebutkan didalam kitab ‘Aun Al-Ma’bud

2. Mencintai Karena Allah :

Kedudukan Persaudaraan yang paling agung adalah ketika hal itu karena Allah dan untuk Allah, tidak untuk mendapatkan kedudukan, atau mendapatkan manfaat yang segera atau yang akan datang, tidak karena mendapatkan materi, atau selainnya. Dan barang siapa kecintaannya kepada temannya karena Allah dan persaudaraannya karena Allah sungguh dia telah mencapai puncak tujuan, dan agar seseorang itu berhati-hati jangan sampai kecintaannya tersebut terselip kepentingan-kepentingan duniawi yang akan mengotori dan menyebabkan kerusakan persaudaraan.

Catatan penting 1 : Sepatutnya bagi orang yang mencintai saudaranya karena Allah agar memberitahukannya tentang hal tersebut, dan di dalam hal ini ditunjukkan didalam sunnah yang telah maklum. Anas bin Malik dan selainnya meriwayatkan, beliau berkata : “Bahwa ada seseorang yang berada di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka seorang laki-laki lain melewatinya. Laki-laki itu berkata wahai Rasulullah : Sesungguhnya saya mencintai laki-laki ini.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : “Apakah kamu telah memberitahukan kepadanya?”

Orang itu berkata : tidak. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Beritahukanlah kepadanya!” Maka orang itu pun menyusulnya dan berkata : Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah. Laki-laki tadi berkata : Semoga Allah mencintaimu yang karena-Nya engkau mencintaiku karenanya”. Pada riwayat Ahmad : “Nabi berkata : “Berdirilah dan kabarkanlah kepadanya maka hal itu akan mengokohkan kecintaan diantara kalian”.

Laki-laki yang bersama Nabi pun bangun dan menjumpainya kemudian mengabarkan kepadanya, dia berkata : “Sesungguhnya saya mencintaimu karena Allah atau dia berkata saya mencintaimu untuk lillah.

Laki-laki yang lewat itu berkata : “Semoga Allah mencintaimu yang mana engkau mencintaiku karenanya”

3. Menampakkan Senyum, Bersikap Lembut dan Kasih Sayang Kepada Sesama Saudara Seiman

Hal yang paling sedikitnya apabila seorang menjumpai saudara lainnya adalah menjumpainya dengnawajah yang berseri-seri, mulut yang penuh senyum. Hal ini bagian dari perkara ma’ruf dan adab yang sepatutnya ditampakkan diantara seorang saudara dengan saudaranya yang lain, agar dia ramah dan senyum di wajahnya setiap kali dia bertemu atau melihat saudaranya yang lain.

Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku : “Janganlah seseorang itu meremehkan perbuatan ma’ruf sedikitpun, walaupun dia menjumpai saudaranya dengan wajah yang berseri-seri”

Pada hadits riwayat Jabir radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : “Setiap perbuatan ma’ruf adalah sedekah, dan sesungguhnya termasuk perbuatan ma’ruf adalah seseorang menjumpai saudaranya dengan wajah berseri-seri…..al-hadits”

Alangkah indah syair yang diucapkan seseorang:

Hadiah manusia sebagian mereka kepada sebagian lainnya

Akan melahirkan di hati-hati mereka hubungan

Dan menumbuhkan di dalam sanubari rasa suka dan cinta

Dan akan memakaikan kecantikan apabila mereka bersua

4. Disunnahkan Memberi Nasihat Dan Hal Itu Termasuk Kesempurnaan Persaudaraan :

Nasihat adalah tuntutan syar’i yang dianjurkan oleh pembuat syariat. Dan merupakan bagian dari perkara-perkara yang menjadi sebab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membai’at para sahabatnya.

Jarir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu berkata “Saya membai’at Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar menegakkan shalat, menunaikan zakat, memberi nasihat kepada setiap muslim”[17].

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggandengkan tuntunan ini bersamaan dengan shalat dan zakat yang mana keduanya bagian dari rukun islam, yang menunjukkan kepada kita akan besarnya kedudukan tuntunan saling menasihati tersebut dan nilainya yang luhur.

5. Saling Tolong Menolong Sesama Ikhwan :

Kita memiliki teladan dan contoh dalam hal tersebut. Teladan yang paling besar tentang hal tersebut dari –Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Tidaklah sisi kerasulan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghalangi beliau untuk bersama-sama para sahabatnya dan memberi bantuan kepada mereka. Diantara hal tersebut keikut sertaan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama sahabatnya ketika membangun masjid Nabawi di Madinah.

Anas radhiallahu ‘anhu berkata : Mereka memindahkan batu-batuan sambil mendendangkan Ar-Rajaz (salah satu macam alunan –bahru- puisi, pent) dan Nabi bersama mereka dan beliau berkata :

Ya Allah tidak ada kebaikan kecuali kebaikan akhirat

Maka ampunilah kaum anshar dan kaum muhajirin

Dan yang semisal kejadian tersebut, yang terjadi pada peritiwa Khandak.

6. Sesama Saudara semestinya saling Merendahkan diri diantara mereka dan tidak sombong atau meremehkan yang Lain

Saling merendahkan diri dan lemah lembut kepada sesama saudara dapat mengekalkan persaudaraan ditengah-tengah mereka, dan memperkuat ikatan persaudaraan diantara mereka. Sedangkan takabbur dan sombong atau meremehkan orang lain adalah sebab sebagian diantara mereka akan menjauhi sebagian lainnya. Dan merupakan alamat putusnya tali persaudaraan diantara mereka.

Merendahkan diri itu sifat yang dituntut dan juga diperintahkan. Sedangkan sifat angkuh adalah sifat yang terlarang dan tercela.

‘Iyadh bin Himar radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri sampai tidak ada seorang pun meremehkan orang lain dan seseorang merebut jualan orang lain”

7. Berakhlak yang Terpuji :

Beruntung orang yang Allah pakaikan pakaian akhlak yang terpuji. Karena tidak seorang pun yang diberikan akhlak tersebut kecuali orang-orang akan menyebut dirinya dengan kebaikan, dan derajatnya akan terangkat ditengah-tengah mereka. Akhlak yang terpuji diantaranya dengan wajah yang berseri-seri, bersabar ketika mendapatkan gangguan, menahan marah, dan selainnya daripada kepribadian dan perangai yang terpuji.

Ibnu Manshur berkata : Saya bertanya kepada Abu Abdillah : Tentang akhlak yang baik. Berkata berkata : Agar kamu tidak marahdan tidak kasar.

Ishaq bin Rahawaih berkata : “ Akhlak yang terpuji adalah wajah yang berseri-seri dan tidak mudah marah dan yang semisalnya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Khallal.

8. Hati Yang Selamat

Diantara doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Lepaskanlah kedengkian di dalam hatiku” dan dalam riwayat At-Tirmidzi “Dan lepaskanlah kedengkian di dalam dadaku”. Kepribadian dan perilaku yang sangat luhur kedudukannya ini, ternyata sedikit orang berhias dengannya. Disebabkan jiwa manusia akan sangat sulit untuk lepas dari segala jeratannya, dan untuk mengalah dari hak-haknya bagi selainnya. Bersamaan itu pula, banyak manusia terjatuh perbuatan aniaya dan kezhaliman. Apabila seseorang menjumpai kezhaliman manusia, kejahilan dan kesewenang-wenangan mereka dengan hati yang selamat, dan tidak menghadapi kejahatan mereka dengan perbuatan kejahatan semisalnya, dan tidak dengki kepada mereka, niscaya dia akan mendapatkan kedudukan yang tinggi berupa akhlak yang tinggi dan perangai yang luhur.

9. Berbaik Sangka Kepada Ikhwan Dan Tidak Memata-Matai Mereka :

Dan diantara bentuk pergaulan yang baik sesama saudara adalah berbaik sangka kepada mereka. Memahami perkataan mereka dan segala perbuatan mereka kepada kemungkinan yang paling baik. Kita telah dilarang berburuk sangka karena hal tersebut termasuk perkataan yang paling dusta, sebagaimana disebutkan pada sebuah hadits bahwa Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Janganlah kalian berprasangka karena prasangka itu perkataan yang paling dusta, dan janganlah kalian mencari-cari berita dan memata-matai….al-hadits”.

Maksud larangan prasangka disini adalah larangan terhadap prasangka buruk. Al-Khaththabi berkata : “Yaitu menerima dan membenarkan setiap persangkaan tanpa ada kekhawatiran di dalam hati, maka sesungguhnya hal itu tidak terkendali.

Dan maksud pernyataan Al-Khaththabi bahwa prasangakn yang haram adalah prasangka yang seseorang tenggelam terus menerus melakukannya, dan menetap di hatinya.

“ Jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.” ( Al-Hujurat : 12 )

10. Memaafkan Kesalahan Dan Menahan Marah :

Ketika bercampur dan bergaul bersama manusia –mau tidak mau- ada padanya sesuatu kekurangan dan perlakuan yang melampui batas dari sebagian mereka kepada sebagian lainya apakah itu dengan perkatan maupun perbuatan, maka disunnahkan bagi orang yang terzhalimi agar menahan marah dan memaafkan orang yang menyzhaliminya, Allah ta’ala berfirman :

ﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ

“ Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. ( Asy-Syura : 37 )

Dan Allah ta’ala berfirman :

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” ( Ali Imran : 134 )

Dan tentang fiman Allah : “Dan orang-orang yang menahan amarahnya” yaitu : Apabila mereka mendapatkan gangguan dari orang lain sehingga menyebabkan kemarahan mereka dan hati mereka telah penuh dengan kekesalan, yang mengharuskan membalasnya dengan perkataan dan perbuatan, mereka tidak mengamalkan kosukuensi tabiat manusia tersebut.

11. Larangan Saling Hasad dan Saling Membenci Dan Memboikot :

Hal ini dijelaskan didalam hadits Anas radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Janganlah kalian saling membenci dan saling hasad, saling memboikot dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara, tidak halal bagi seorang muslim memboikot saudaranya yang lain diatas tiga hari”.

Hasad itu ada dua macam terpuji dan tercela. Hasad yang tercela adalah menginginkan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain, dan hal ini adalah perbuatan zhalim, aniaya dan permusuhan. Hasad dan yang terpuji adalah Al-Ghibthah yaitu menginginkan nikmat yang serupa yang ada pada orang lain tanpa adanya keinginan hilang nikmat tersebut padanya.

12. Larangan panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk

Termasuk penyakit lisan yang bisa mendatangkan dosa, mengobarkan kemarahan dan menyebabkan perpecahan diantara sesama sudara, yaitu, panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, memberi gelar kepada orang lain dengan gelar-gelar yang buruk lagi tercela, mereka saling mencela dengannya, dan ditertawakan atasnya dari celaan tersebut, padanya ada larangan dari Allah Maha Mulia diatas Ketinggian-Nya, Allah Ta’ala berfirman :

“Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman.” ( Al-Hujurat :11).

Dan seorang muslim berhak dengan keselamatan muslim yang lain dari lisan dan tangannya.

Abu Jubairah bin Adh-Dhahak radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, beliau berkata : Ayat ini diturunkan kepada Bani Salamah :

“Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman.” Beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kami dan tidaklah salah seorang dari kami kecuali dia mempunyai dua atau tiga nama, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil dengan “Wahai fulan.” Maka para sahabat berkata : Apa itu wahai Rasulullah, sesungguhnya dia akan marah dengan nama tersebut, maka turunlah ayat ini : “Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.” ( Al-Hujurat :11)

13. Disenangi mengadakan ishlah (perbaikan) antar sesama saudara

Tidak dapat dielakkan lagi adanya beberapa perselisihan dan pertengkaran diantara saudara, dari yang sudah barang tentu menyebabkan percekcokan dan permusuhan antara mereka. Telah disepakati pada masyarakat orang yang dijadikan oleh Allah sebagai perantara untuk mengadakan perbaikan antara orang-orang yang saling memutuskan hubungan dan orang-orang yang saling berselisih. Diriwayatkan dari Abu Darda’ radhiallahhu ‘anhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apakah kalian mau aku beritahukan dengan apa yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat dan shadaqah?” Para sahabat menjawab : Iya.beliau bersabda : “(Mengadakan) kebaikan dzatul-bain (antara sesama),sesungguhnya kerusakan antara sesama adalah kebinasaan.”

14. Keharaman mengungkit-ungkit pemberian

Pada umumnya apa yang terjadi antara saudara adalah saling hadiah menghadiahi dan saling memberi, yang satu memberi hadiah kepada yang lainnya, dan yang satu memberi kepada yang lainnya. Perbuatan ini merupakan kesempurnaan interaksi diantara sesama mereka. Dan penyebab agar seantiasa langgeng dan trus berkelanjutan.

15. Menjaga rahasia dan tidak menyebarluaskannya

Dan in termasuk amanah yang wajib untuk dijaga dan disembunyikan. Seseorang yang menyebarluaskan rahasia tergolong seorang yang mengkhianati amanah. Dan perbuatan tersebut salah satu dari sifat orang-ornag munafik.

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Tanda seorang munafik ada tiga: Apabila dia berkata dia berdusta, apabila dia berjanji maka dia menyalahinya dan apabila dia diserahi amanah maka dia berkhianat. “

16. Celaan kepada seseorang yang bermuka dua

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan maksud dari seorang yang bermuka dua, didalam sabda beliau: “ Engkau akan emndapatkan orang yang paling buruk disisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang bermuka dua. Yaitu seseorang yang menjumpai suatu kaum denganwajah demikian lalu kaum lainnya dengan wajah berbeda “

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

THE ANGLE

Mereka sangat cangat cantik, memiliki suara-suara yang indah dan berakhlaq yang mulia. Mereka mengenakan pakaian yang paling bagus dan siapapun yang membicarakan diri mereka pasti akan digelitik kerinduan kepada mereka, seakan-akan dia sudah melihat secara langsung bidadari-bidadari itu. Siapapun ingin bertemu dengan mereka, ingin bersama mereka dan ingin hidup bersama mereka.

Semuanya itu adalah anugrah dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan sifat-sifat terindah kepada mereka, yaitu bidadari-bidadari surga. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati wanita-wanita penghuni surga sebagai kawa’ib, jama’ dari ka’ib yang artinya gadis-gadis remaja. Yang memiliki bentuk tubuh yang merupakan bentuk wanita yang paling indah dan pas untuk gadis-gadis remaja. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari, karena kulit mereka yang indah dan putih bersih. Aisyah RadhiAllohu anha pernah berkata: “warna putih adalah separoh keindahan”

Bangsa Arab biasa menyanjung wanita dengan warna puith. Seorang penyair berkata:

Kulitnya putih bersih gairahnya tiada diragukan
laksana kijang Makkah yang tidak boleh dijadikan buruan
dia menjadi perhatian karena perkataannya lembut
Islam menghalanginya untuk mengucapkan perkataan jahat

Al-’In jama’ dari aina’, artinya wanita yang matanya lebar, yang berwarna hitam sangat hitam, dan yang berwarna puith sangat putih, bulu matanya panjang dan hitam. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik, yaitu wanita yang menghimpun semua pesona lahir dan batin. Ciptaan dan akhlaknya sempurna, akhlaknya baik dan wajahnya cantk menawan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang suci. Firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: ”Dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci.” (QS: Al-Baqarah: 25)

Makna dari Firman diatas adalah mereka suci, tidak pernah haid, tidak buang air kecil dan besar serta tidak kentut. Mereka tidak diusik dengan urusan-urusan wanita yang menggangu seperti yang terjadi di dunia. Batin mereka juga suci, tidak cemburu, tidak menyakiti dan tidak jahat. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang dipingit di dalam rumah. Artinya mereka hanya berhias dan bersolek untuk suaminya. Bahkan mereka tidak pernah keluar dari rumah suaminya, tidak melayani kecuali suaminya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang tidak liar pandangannya. Sifat ini lebih sempurna lagi. Oleh karena itu bidadari yang seperti ini diperuntukkan bagi para penghuni dua surga yang tertinggi. Diantara wanita memang ada yang tidak mau memandang suaminya dengan pandangan yang liar, karena cinta dan keridhaanyya, dan dia juga tidak mau memamndang kepada laki-laki selain suaminya, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair: Ku tak mau pandanganmu liar ke sekitar jika kau ingin cinta kita selalu mekar.

Di samping keadaan mereka yang dipingit di dalam rumah dan tidak liar pandangannnya, mereka juga merupakan wanita-wanita gadis, bergairah penuh cinta dan sebaya umurnya. Aisyah RadhiAllohu anha, pernah bertanya kepad Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, yang artinya: “Wahai Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, andaikata engkau melewati rerumputan yang pernah dijadikan tempat menggembala dan rerumputan yang belum pernah dijadikan tempat menggambala, maka dimanakah engkau menempatkan onta gembalamu?” Beliau menjawab,”Di tempat yang belum dijadikan tempat gembalaan.” (Ditakhrij Muslim) Dengan kata lain, beliau tidak pernah menikahi perawan selain dari Aisyah.

Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bertanya kepada Jabir yang menikahi seorang janda, yang artinya: ”Mengapa tidak engkau nikahi wanita gadis agar engkau bisa mencandainya dan ia pun mencandaimu?” (Diriwayatkan Asy-Syaikhany)

Sifat bidadari penghuni surga yang lain adalah Al-’Urub, jama’ dari al-arub, artinya mencerminkan rupa yang lemah lembut, sikap yang luwes, perlakuan yang baik terhadap suami dan penuh cinta. Ucapan, tingkah laku dan gerak-geriknya serba halus.

Al-Bukhary berkata di dalam Shahihnya, “Al-’Urub, jama’ dari tirbin. Jika dikatakan, Fulan tirbiyyun”, artinya Fulan berumur sebaya dengan orang yang dimaksudkan. Jadi mereka itu sebaya umurnya, sama-sama masih muda, tidak terlalu muda dan tidak pula tua. Usia mereka adalah usia remaja. Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyerupakan mereka dengan mutiara yang terpendam, dengan telur yang terjaga, seperti Yaqut dan Marjan. Mutiara diambil kebeningan, kecemerlangan dan kehalusan sentuhannya. Putih telor yang tersembunyi adalah sesuatu yang tidak pernah dipegang oleh tangan manusia, berwarna puith kekuning-kuningan. Berbeda dengan putih murni yang tidak ada warna kuning atau merehnya. Yaqut dan Marjan diambil keindahan warnanya dan kebeningannya.

Semoga para wanita-wanita di dunia ini mampu memperoleh kedudukan untuk menjadi Bidadari-Bidadari yang lebih mulia dari Bidadari-Bidadari yang tidak pernah hidup di dunia ini. Wallahu A’lam

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

WAKTU BERDOA

a. Doa disepertiga malam akhir.

Beberapa hadits-shahih yang masyhur menunjukkan hal tersebut, diantaranya hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Rabb kita tabaraka wata’ala setiap malam turun ke langit dunia hingga sepertiga malam akhir. Allah berfirman: barang siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkannya dan barang siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku akan memberinya dan barang siapa yang memohon mapunan kepada-Ku niscaya Aku akan mengampuninya “

b. Disaat sujud

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Tempat yang paling dekatnya seorang hamba kepada Rabbnya adalah disaat dia sujud, maka perbanyaklah doa. "

Kemungkinan hikmah dekatnya seorang hamba kepada Rabbnya disaat sujud, dengan mengatakan: bahwa posisi sewaktu sujud merupakan perspektif ubudiyah, ketundukan, penghinan diri dan kebutuhan kepada Allah yang tidak didapati apda posisi dna keadaan-keaaan lainnya. Dan seseorang yang sedang melakkan sujud akan meletakkan keningnya diatas tanah diatas tempat kaki berpijak – dan dia tidak memperdulikan hal itu -. Dan dia dalam keadaan yang rendah itu mengkuduskan Dzat yang berada di ketinggian, seraya mengatakan : ( Maha suci Rabb-ku Yang Maha tinggi ). Hal itu sesuai dengan kehinaan, pengharapan dan ubudiyah, dimana yang melakukan sujud berdoa amatlah dekat kepada Rabbnya, yang akan mengabulkan doanya. Wallahu a’lam

c. Antara adzan dan iqamah

Telah shahih diriwayatkan dari hadits Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwa beliau bersabda : “ Tidaklah doa antara adzan dan iqamah akan tertolak “

d. Pada waktu yang mustajabah dihari jum’at

Disebutkan didalam hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan perihal hari jum’at, lalu beliau ebrsabda : “ Pada ahri jum’at terdapat waktu dimana seorang hamba muslim yang tengah melakukan shalat menyepakati wkatu tersebut, lalu memohon kepada Allah ta’ala sesuatu kecuali Allah akan memberikan permintaannya tersebut baginya. Dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya, bahwa waktu tersebut sangat penda jeda waktunya. “

e. Doa orang yang berpuasa ketika berbuka

Seorang yang berpuasa memilki doa yang tidak akan tertolak. Telah shahih diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu , beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Ada tiga golongan yang tidak akan tertolak doa mereka: Seseorang yang berpuasa hingga dia berbuka … al-hadits “

f. Doa seseorang yang teraniaya, seorang musafir dan doa kedua orang tua kepada anaknya

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu , beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal – ketika mengutusnya ke Yaman - : “ Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum Ahli Kitab, apabila engkau mendatangi mereka, maka ajaklah mereka untuk mengucapkan syahadat Laa Ilaha Ilallahu wa Anna Muhammadan Rasulullah “ … dan pada akhir hadits disebutkan: “ Dan hati-hatilah dengan doa seorang yang teraniaya, karena antara dia dan Allah tidak ada hijab/penghalang “

g. Doa ketika bertempur didalam peperangan dan ketika adzan

Hal itu telah shahih diriwayatkan didalam hadits Abu Hazim dari Sahl bin Sa’ad, beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Dua kelompok yang doanya tidak kan tertolak dan jarang tertolak : doa ketika mendengar adzan dan ketika peperangan sewaktu sebagian saling menyerang sebagian lainnya “

h. Doa Dzun-Nuun disaat kesempitan

Sa’ad bin Abu Waqqash radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Doa Dzun Nuun ketika dia berdoa didalam perut ikan : Laa Ilaha illa anta, subhanaka, inni kuntu min azh-zhalimiin – Tiada Ilah selain Engkau, Maha sucilah Engkau, sesunggunya aku termasuk orang-orang yang zhalim -. Sesungguhnya tidaklah seorang hamba muslim berdoa dengan doa ini pada sesuatu kecuali Allah akan mengabulkannya “

i. Doa disaat turun hujan

Disebutkan didalam sebuah hadits : “ ucapkanlah doa ketika pasukan tempur telah bertemu, ketika iqamah shalat dan ketika turun hujan “

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

ISTIHADLAH

Istihadlah adalah darah yang keluar (dari rahim wanita) bukan pada waktunya dari urat yang disebut adzil. Wanita yang istihadlah masalahnya memang agak rumit, karena darah haid menyerupai darah istihadlah ini. Jika darah yang keluar dari wanita itu terus menerus atau melampaui waktunya, dan ia ragu apakah darah itu darah haid atau istihadlah, maka ia tidak boleh meninggalkan shaum dan sholat, karena hukum yang berlaku bagi wanita istihadlah adalah hukum wanita-wanita suci.

Kondisi-Kondisi Wanita Ketika Istihadlah

Dengan demikian wanita yang sedang istihadlah memiliki tiga kondisi, yaitu:

1. Wanita itu mengetahui kebiasaan tertentu sebelum datangnya istihadlah, bahwa sebelumnya ia haid lima atau delapan hari, misalnya ia haid di awal atau di tengah bulan, sedang ia mengerti akan jumlah dan waktunya, maka hal itu menuntut wanita itu untuk berdiam diri selama kebiasaan haidnya, ia hendaklah meninggalkan sholat dan shaum, karena baginya berlaku hukum-hukum haid. Akan tetapi jika kebiasaan itu habis, maka hendaklah ia segera mandi dan sholat. Adapun darah yang masih tersisa adalah darah istihadlah, karena Rasululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda kepada Ummu Habibah, yang artinya: “Berdiam dirilah kamu selama haid, kemudian setelah itu mandi dan sholatlah.” (HR: Muslim). Dan sabda beliau kepada Fatimah binti Abu Hubais, yang artinya: “Sesungguhnya hal itu adalah keringat, bukan haid, maka jika datang haid kepadamu, tinggalkanlah sholat..” (HR: Bukhari dan Muslim).

2. Jika wanita itu tidak mempunyai kebiasaan tertentu, tetapi darahnya bisa dibedakan, dimana sebagian darahnya terdapat ciri-ciri darah haid, yaitu seperti darah yang berwarna hitam, kental atau berbau dan sisanya terdapat ciri-ciri darah istihadlah, yaitu berwarna merah, tidak berbau dan tidak kental, maka kondisi seperti ini yaitu darah yang mempunyai ciri-ciri darah haid, berarti wanita itu haid, dan ia hendaklah berdiam diri meninggalkan sholat dan shaum. Adapun darah yang selebihnya adalah darah istihadlah, dimana wanita itu harus mandi ketika darah yang terdapat ciri-ciri haid itu telah habis kemudian sholat dan shaum dan ia dianggap telah suci. Hal ini berdasarkan sabda Rasululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam kepada Fatimah binti Abu Hubaisy, yang artinya: “Jika darah itu haid, maka ia berwarna hitam yang telah dikenal, maka tinggalkanlah sholat, tetapi jika berwarna lain, maka hendaklah ia berwudlu dan sholat.” (HR: Abu Dawud dan An-Nasa’I, dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim). Jadi dalam hal ini bahwa wanita yang sedang istihadlah, hendaklah ia melihat darah, sehingga dengan itu ia dapat membedakan antara darah haid dan lainnya.

3. Jika wanita itu tidak memiliki kebiasaan tertentu dan tidak ada ciri yang membedakan antara darah haid dan darah lainnya, maka hendaklah ia berdiam diri pada masa-masa umumnya haid, yaitu selama enam atau tujuh hari pada setiap bulannya, karena masa ini adalah kebiasaan haid bagi rata-rata kaum wanita. Berdasarkan sabda Rasululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam kepada Hammah binti Jahsyi, yang artinya: “Sesungguhnya itu hanya goyangan dari syetan, hendaklah seorang wanita menjalani haidnya selama enam atau tujuh hari, lalu mandilah. Dan apabila telah suci, sholatlah 24 atau 23 hari. Sholat dan berpuasalah, karena hal itulah telah cukup atasmu. Dan begitu juga berbuatlah sebagaimana yang diperbuat oleh wanita haid.” (HR: Lima Periwayat Hadits, dan dishahihkan oleh Imam Tirmidzi).

Alhasil dari keterangan di awal adalah bahwa kebiasaan tertentu bagi wanita adalah kembali pada kebiasaan haidnya dan perbedaan tertentu bagi wanita kembali kepada perbuatan yang berbeda pula. Maka wanita yang terbebas dua kondisi di atas berarti dia harus menjalani haid selama enam atau tujuh hari. Dengan demikian ketiga hadits dari Rasululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tentang Mustahadlah di awal dapat dipahami (dikumpulkan).

Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah berkata, “Tanda - tanda haid dikatakan ada 6 yaitu:

* Kebiasaan, karena kebiasaan merupakan tanda yang paling kuat dan karena asal kedudukan darah haid itu tanpa darah yang lain.
* Perbedaan antara darah hitam dan kental serta berbau lebih nyata menunjukkan haid daripada darah yang berwarna merah.
*Melihat mayoritas kebiasaan wanita, karena asal suatu keputusan bagi seseorang berdasarkan keumuman yang mayoritas.

Ketiga tanda ini telah ditunjukkan dalam hadits dan kenyataan. Kemudian beliau menyebutkan tanda-tanda yang lain dan berkata pada akhirnya, “Pendapat yang paling kuat adalah dengan mengambil pendapat yang telah ditunjukkan oleh sunnah dan menolak selain itu.”

Hal-Hal yang Harus Dilakukan oleh Wanita yang sedang Istihadlah dalam Kondisi Ia Berstatus Suci:

* Ia wajib mandi setelah darahnya yang dianggap darah haid itu habis sebagaimana telah dijelaskan di awal (pada pembahasan haid).
* Membasuh farji (vagina)-nya untuk membersihkan darah yang keluar setiap kali akan mendirikan sholat. Dan hendaklah ia menyelipkan kapas atau lainnya pada vaginanya untuk menahan darah yang akan keluar sehingga serta membalutnya kapas tersebut agar tidak jatuh, kemudian berwudlu’ setiap kali masuk waktu sholat, karena adanya sabda Rasululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tentang wanita yang istihadlah ini, yang artinya: “Hendaklah ia meninggalkan sholat pada hari-hari haidnya, kemudian setelah itu hendaklah ia mandi, dan berwudlu’ setiap kali hendak sholat.” (HR: Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi, ia berkata hadits ini hasan).

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

MUSLIMAH

Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (QS. 103:1-2)

Saudariku, generasi muda menantikan peranmu yang sangat sangat mereka harapkan, jika semua medan ini tidak dapat kamu lakukan maka tidak selayaknya semuanya diabaikan.


Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh seorang muslimah adalah etika dan adab keluar rumah yaitu; meminta izin, berhijab(memakai pakaian yang menutup aurat), tidak berbaur bersama laki-laki, dan tidak memperindah suara dan ucapannya.Dan seorang muslimah yang bertakwa tidak akan mengabaikan tanggung jawab mendidik anak, dan hak-hak keluarga yang lain karena alasan dakwah, karena tanggung jawab tersebut adalah fardu ‘ain(kewajiban setiap individu) dan dakwah adalah fardu ‘ain, sedangkan fardu ‘ain harus diutamakan dari fardu kifayah.

Akhirnya marilah kita memohon kepada Allah agar islam tetap tingggi dan jaya, dakwah diberikan kemenangan, dan kita menjadi para khadim(pelayan)agamanya, serta semua amal yang kita lakukan diterima di sisiNya.

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

AKTIVITAS BERDAKWAH MUSLIMAH

Allah Swt berfirman:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain.Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat…” (QS.9:71)

islam merupakan agama yang memiliki pandangan yang adil terhadap wanita, dan islam telah memberikan kepadanya tanggung jawab yang sama dengan laki-laki sesuai dengan fitrahnya, dan jauh dari percampuran dengan lawan jenis serta terhindar dari pandangan mereka. Medan aktifitas dakwah ditengah kaum sejenisnya sangat terbuka luas.


Dakwah bukanlah tanggung jawab laki-laki saja, tetapi menjadi tanggung jawab wanita juga.Sejak permulaan islam, seorang muslimah telah memikul tanggung jawab dakwah ini. Wanita pertama yang telah dibuka hatinya oleh Allah untuk memeluk islam dan menjadi pendukug pertama dakwah rasulullah saw, yaitu; khadijah binti khuwailid dapat dijadikan teladan bagi para muslimah. Begitu juga apa yang dilakukan oleh syuraik al-quraisyiah, setelah ia masuk islam, ia pergi menemui para wanita quraisy dan mengajak mereka untuk memeluk agama ini. Sampai akhirnya penduduk mekah mengetahui aktifitasnya, lalu mereka berkata kepadanya:”seandainya bukan karena kaummu maka kami pasti akan melakukan sesuatu yang buruk kepadamu, tetapi kami akan mengembalikannu kepada mereka”. Lalu mereka menaikankannya keaatas onta tanpa ada sesuatu yang dijadikannya sebagai tempat duduk diatasnya. Dan membiarkannya selama tiga hari tanpa memberinya makan dan minum.

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

PENYEBAB BERTAMBAH DAN BERKURANGNYA IMAN

Unsur Penambah Iman:

1. Ilmu, yaitu mengetahui dan mengenal Allah, nama, sifat dan perbuatanNYA. Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang terhadap Allah dan kekuasaanNYA, maka semakin tinggi dan bertambah iman dan pengagungNYA, serta takutnya kepada Allah S.W.T. (35:28).

(35:28)

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama [1259]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.


[1259] Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.

2. Merenungkan ciptaan Allah (3:190-191).

(3:190)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

(3:191)

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

3. Mengerjakan kebaikan dan menjauhi larangan Allah dan RasulNYA (42:22-23, 4:31).

(42:22)

Kamu lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan karena kejahatan-kejahatan yang telah mereka kerjakan, sedang siksaan menimpa mereka. Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.

(42:23)

Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan”. Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri [1345].

[1345] Lihat not 104.

[104] Allah mensyukuri hamba-Nya: memberi pahala terhadap amal-amal hamba-Nya, mema’afkan kesalahannya, menambah ni’mat-Nya dan sebagainya.

(4:31)

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).

Unsur Pengurang Iman:

1. Mengerjakan pekerjaan keji atau menganiaya diri sendiri (3:135).

(3:135)

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri [229], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

[229] Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.

2. Mengejek Nabi dan Orang Beriman (3:167)

(3:167)

Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan: “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)”. Mereka berkata: “Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu” [247]. Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.

[247] Ucapan ini ditujukan kepada Nabi dan sahabat-sahabat beliau sebagai ejekan, karena mereka memandang Nabi tidak tahu taktik berperang, sebab beliau melakukan peperangan ketika jumlah kaum muslimin sedikit. Ucapan ini dapat digunakan untuk mengelakkan cercaan yang ditujukan kepada diri orang-orang munafik sendiri.

3. Ditimpa was-was dan tidak ingat kepada Allah (7:201)

(7:201)

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.

Mudah-mudahan dengan mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan bertambah/berkurangnya iman dapat merupakan suatu filter bagi kita dalam beribadah dalam kehidupan sehari-hari, amiin.

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

HATI IBARAT RUMAH

Ada tiga macam rumah, pertama, Rumah Raja, di dalamnya ada simpanannya, harta dan perhiasannya. Kedua, Rumah Kelas Menengah, di dalamnya ada simpanan, harta dan perhiasan yang sedang-sedang saja. Dan ketiga adalah Rumah si Miskin, tidak ada isinya.

Jika ada seorang pencuri, rumah mana yang akan dimasukinya?


Tidaklah mungkin kalau ia akan masuk ke rumah yang kosong karena rumah kosong tidak ada barang yang bisa dicurinya.

Karena itulah dikatakan kepada Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu, bahwa ada orang-orang Yahudi mengklaim bahwa di dalam ibadahnya mereka ‘tidak pernah terganggu’, maka Ibnu Abbas berkata: “Apakah yang bisa dikerjakan oleh syetan dalam rumah yang sudah rusak?”

Pencuri juga akan berpikir berkali-kali kalau ingin mencoba mencuri di rumah raja, karena tentunya rumah raja dijaga oleh banyak penjaga dan tentara.

Rumah si Miskin mengibaratkan hati yang kosong dari kebajikan, yaitu hati orang-orang kafir dan munafik, yang sudah dikuasai setan, yang telah menjadikannya sebagai tempat tinggal mereka. Maka adakah rangsangan untuk mencuri dari rumah itu sementara yang ada didalamnya semuanya telah habis ‘dikuasai’ setan ? Inilah yang disebut dengan tipe hati yang dikuasai nafsu Amarah (nafsu yang selalu mengajak pada keburukan).

Sedang rumah sang Raja mengibaratkan hati yang telah dipenuhi dengan perlindungan Allah Subhanahu wa ta’ala dan keagungan-Nya, penuh dengan kecintaanNya dan senantiasa dalam penjagaan-Nya. Syetan mana yang berani memasuki hati yang kaya ini? Walau demikian syetan adalah makhluk yang selalu nekat menjerumuskan siapapun termasuk hati yang kuat seperti rumah raja sekalipun. Namun kuatnya penjagaan dan pertahanan rumah tipe ini akan membuat berbagai hambatan kokoh yang siap menghadang syetan. Inilah yang disebut dengan tipe hati yang dikuasai nafsu Muthmainnah (nafsu yang selalu mengajak kepada kebaikan).

Rumah yang kelas menengah mengibaratkan hati yang di dalamnya sudah ada tauhid Allah, sudah mengerti tentang Allah dan mencintaiNya serta beriman kepadaNya. Namun didalamnya masih bersemayam pula syahwat yang kurang terkendali, sifat-sifat buruk, hawa nafsu dan tabiat tidak baik. Hati ini ada diantara dua hal. Kadang hatinya cenderung kepada keimanan, ma’rifah dan kecintaan kepada Allah semata, dan kadang condong kepada panggilan syetan, hawa nafsu dan tabiat tercela. Hati semacam inilah yang diincar oleh syetan karena memiliki potensi yang besar untuk ditaklukkannya. Inilah tipe hati memiliki nafsu yang berada diantara jalan menuju kebaikan dan keburukan (nafsu Lawwamah).

Syetan hanya bisa mentaklukkan tipe hati yang dikuasai nafsu Lawwamah ini dengan memanfaatkan titik-titik lemah yang ada di hati tersebut. Di dalam hati seperti ini syetan mendapati senjata-senjatanya yang berupa syahwat, syubhat, khayalan-khayalan dan angan-angan dusta yang berada di dalam hati. Saat memasukinya, syetan mendapati senjata-senjata tersebut dan mengambilnya serta menjadikannya jalan untuk menetap di hati.

Apabila seorang hamba mempunyai benteng keimanan yang dapat mengimbangi serangan tersebut, dan kekuatannya melebihi kekuatan penyerangnya, maka ia akan mampu mengalahkan syetan. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah semata. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah semata. ”Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Ali Imran:126)

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

DOSA (maksiat)

Dosa (Maksiyat) adalah ketidaktaatan baik mengerjakan hal-hal yang dilarang maupun mengabaikan perintah. Maksiyat meliputi dua bagian, yakni maksiyat yang tergolong dosa besar (kaba’ir) dan dosa kecil (shogho’ir).


* Kaba’ir adalah setiap dosa yang mengakibatkan hukuman di dunia atau diancam oleh Allah dengan ancaman yang khusus di akhirat; mendapatkan adzab, laknat dan kemarah-Nya. Sebagian ulama berpendapat, kaba’ir adalah dosa yang dilakukan seseorang dengan menganggap enteng dan merasa bangga. Contoh sebagaimana tercantum dalam hadits di atas.
* Shagha’ir adalah dosa-dosa yang tidak mengakibatkan hukuman di dunia dan tidak ada ancaman khusus di akhirat. Sebagian ulama berpendapat, shagha’ir adalah dosa yang ditimbulkan oleh kelalaian dan pelakunya senantiasa menyesal sehingga mengurangi rasa nikmatnya bermaksiyat. "Diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi saw. bersabda, ‘Telah ditetapkan atas manusia bagiannya dari zina yang pasti dilakukannya: zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga mendengar, zina lisan adalah berkata, zinanya tangan meraba, zinanya kaki melangkah, sedangkan zinanya hati adalah menginginkan dan berangan-angan, kermudian farjilah yang membenarkan atau mendustakannya’" (HR Muslim).

Diriwayatkan oleh Umar ibnu Abbas dan lainnya, mereka berkata, "Tidak ada dosa besar bila disertai istighfar dan tidak ada dosa kecil bila dilakukan terus-menerus".

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

PERINGATAN UNTUK KITA BERSAMA

"Tidakkah aku ceritakan kepadamu tentang dosa-dosa yang besar (3x). Mereka menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah’. Beliau bersabda, ‘Yaitu menyekutukan Allah, durhaka pada orang tua -pada waktu itu beliau bersandar kemudian duduk, kemudian bersabda- demikian juga persaksian palsu dan ucapan palsu’. Beliau selalu mengulang-ulangnya sehingga kami berkata, ‘Andaikan beliau diam’" (HR Bukhari Muslim).


"Beliau bersabda, ‘Jauhilah tujuh perkara yang menghancurkan (7 dosa besar)’. Mereka berkata, ‘Apa saja, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Menyekutukan Allah, sihir, membunuh, memakan riba, makan harta anak yatim, berpaling dari medan perang, dan menuduh keji wanita mu’minat baik-baik’" (HR Bukhari Muslim).

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

Kamis, 27 November 2008

PUNCAK KEMULIAAN dan KEDERMAWANAN


Diceritakan bahwa pasukan Romawi menahan sebagian kaum wanita muslimat, kemudian beritanya terdengar oleh Al-Manshur bin 'Ammar. Orang-orang pun menyarankan kepadanya: “Sebaiknya engkau membuat majelis di dekat Amirul Mukminin, kemudian engkau gugah semangat manusia untuk melakukan penyerangan (dalam rangka membebaskan wanita muslimat yang ditawan tersebut).”


Maka selanjutnya Al-Manshur membuat majelis di dekat Amirul Mukminin, Harun Ar-Rasyid, yaitu di Ruqqah yang ada di negeri Syam.

Ketika Syekh Al-Manshur sedang menganjurkan kepada orang-orang untuk berjihad di jalan Allah, tiba-tiba dilemparkanlah sebuah buntelan kain yang di dalamnya terdapat sebuah kantong terikat dan bercap. Padanya terdapat sepucuk surat. Al-Manshur kemudian membuka surat tersebut dan ternyata isinya adalah sebagai berikut:

“Sesungguhnya aku adalah salah seorang wanita dari kalangan keluarga Arab. Telah sampai kepadaku berita tentang apa yang telah dilakukan oleh orang-orang Romawi terhadap kaum muslimat dan aku telah mendengar pula perihal anjuranmu kepada kaum muslim agar mereka melakukan penyerangan berkenaan dengan kasus tersebut. Untuk itu, aku sengaja mengambil sesuatu yang paling berharga dari tubuhku,, yaitu kedua kepangan rambutku ini yang kupotong, lalu kumasukkan ke dalam buntelan yang bercap ini. Aku memohon kepada Allah Yang Mahabesar semoga engkau menjadikan keduanya sebagai bagian dari tali kendali kuda yang digunakan untuk berjihad di jalan Allah. Mudah-mudahan Allah Yang Mahabesar memperhatikan keadaanku yang sangat prihatin ini, lalu Dia mengasihani diriku melalui keduanya.”



Setelah membaca ungkapan yang sangat menyentuh ini, Manshur tidak dapat menguasai dirinya lagi, hingga ia menangis dan orang-orang yang hadir di majelisnyapun ikut menangis. Saat itu juga khalifah Harun Ar-Rasyid bangkit dan memerintahkan untuk melakukan mobilisasi umum, lalu ia sendiri ikut berperang bersama kaum mujahid di jalan Allah. Akhirnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kemenangan kepada pasukan kaum muslim.

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!


Muhammad Sholallahu 'alaihi wasallam adalah pembawa ajaran Islam, dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi Allah (Rasul) yang terakhir. Beliau lahir sekitar tahun 570 M di Mekkah (atau "Makkah") dan wafat sekitar pertengahan tahun 632 M di Madinah. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi saat ini). Beliau diriwayatkan memiliki 11 istri.

"Muhammad" dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Muslim mempercayai bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad Sholallahu 'alaihi wasallam adalah penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar Rasulullah (رسول الله), dan menambahkan kalimat sallallaahu alayhi wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya") setelah namanya. Selain itu Al-Qur'an dalam Surah As-Saff (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan nama "Ahmad" (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".

Silsilah keluarga Nabi Muhammad Sholallahu 'alaihi wasallam
Silsilah Nabi Muhammad Sholallahu 'alaihi wasallam dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan. Dimana Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh

Beliau dilahirkan pada hari Senin bulan Rabi'ul Awal di Makkah Al Mukarramah tahun Al Fiil (571 M), berasal dari kedua orang tua yang sudah ma'ruf. Bapaknya bernama Abdullah bin Abdul Muthallib dan ibunya bernama Aminah binti Wahb. Kakek beliau memberinya nama Muhammad. Bapak beliau meninggal dunia sebelum kelahirannya.

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

Kamis, 04 September 2008

Lelaki yang ditarik Perempuan ke dalam Neraka

AYAH

Apabila seseorang yang bergelar ayah tidak memperdulikan anak-anak perempuannya di dunia. Dia tidak memberikan segala keperluan agama seperti mengajar solat, mengaji dan sebagainya. Dia membiarkan anak-anak perempuannya tidak menutup aurat.

SUAMI

Apabila seorang suami tidak memperdulikan tindak-tanduk isterinya. Bergaul bebas di pejabat, memperhiaskan diri bukan untuk suami tapi untuk pandangan kaum lelaki yang bukan mahram dan apabila suami mendiam diri. Walaupun dia seorang alim (solat tidak tangguh, puasa tidak tinggal) maka dia akan ditarik oleh isterinya.

ABANG

Apabila ayahnya sudah tiada, tanggungjawab menjaga maruah wanita jatuh ke pula kepada abang-abangnya. Jikalau mereka hanya mementingkan keluarganya sahaja dan adik perempuannya dibiar melencong dari ajaran ISLAM...Tunggulah tarikan adiknya di akhirat.

ANAK LELAKI

Apabila seorang anak tidak menasihati seorang ibu perihal kelakuan yang haram dari islam, maka anak itu akan disoal dan dipertangungjawabkan di akhirat kelak...nantikan tarikan ibunya.

Kepada golongan lelaki, coba lah sebaik mungkin untuk melaksanakan tanggungjawab kalian.

Kepada golongan wanita, sama-sama lah meringankan bebanan yang ditanggung oleh golongan lelaki.

Bukankah kita diciptakan untuk sama-sama membantu dan nasihat-menasihati??

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

Rahsia Khusyuk dalam Solat

Seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, dia sangat warak dan sangat khusyuk solatnya. Namun dia selalu khuatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk dan selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyuk.

Pada suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid bernama Hatim Al-Isam dan bertanya : "Bagaimanakah caranya tuan solat?" Hatim berkata : "Apabila masuk waktu solat aku berwudhu' zahir dan batin." Isam bertanya, "Bagaimana wudhu' zahir dan batin itu?" Hatim berkata, "Wudhu' zahir sebagaimana biasa, iaitu membasuh semua anggota wudhu' dengan air. Sementara wudhu' batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara iaitu :-

1. bertaubat
2. menyesali dosa yang dilakukan
3. tidak tergila-gilakan dunia
4. tidak mencari / mengharap pujian orang (riya')
5. tinggalkan sifat berbangga
6. tinggalkan sifat khianat dan menipu
7. meninggalkan sifat dengki

Seterusnya Hatim berkata, "Kemudian aku pergi ke masjid, aku kemaskan semua anggotaku dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di hadapanku, syurga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku, dan aku bayangkan pula bahawa aku seolah-olah berdiri di atas titian 'Sirratul Mustaqim' dan aku menganggap bahawa solatku kali ini adalah solat terakhirku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik. Setiap bacaan dan doa dalam solat kufaham maknanya, kemudian aku ruku' dan sujud dengan tawadhu', aku bertasyahhud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku bersolat selama 30 tahun." Apabila Isam mendengar, menangislah dia kerana membayangkan ibadahnya yang kurang baik dibandingkan dengan Hatim.

http://www.iluvislam.com/v1/includes/jscripts/tiny_mce/plugins/imagemanager/library/lailatulema/solat.jpg

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

Rabu, 03 September 2008

Antara Bersin dan Menguap

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ta’alaa anhu, Rasulullah bersabda, :

“Sungguh Allah mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap, maka jika kalian bersin maka pujilah Allah, maka setiap orang yang mendengar pujian itu untuk menjawabnya; adapun menguap, maka itu dari syaitan, maka lawanlah itu sekuat tenagamu. Dan apabila seseorang menguap dan terdengar bunyi: Aaaa, maka syaitan pun tertawa karenanya”. (Shahih Bukhari, 6223)

Imam Ibn Hajar berkata, “Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadits di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang.

Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan . Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas (Fath-hul Baari: 10/6077)

Nabi menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut.

Rasulullah bersabda:
Apabila salah seorang diantara kalian bersin, maka ucapkanlah Al-Hamdulillah, dan hendaklah orang yang mendengarnya menjawab dengan Yarhamukallahu, dan bila dijawab demikian, maka balaslah dengan ucapan Yahdikumullahu wa Yushlihubaalakum (HR. Bukhari, 6224)

Dan para doktor di zaman sekarang mengatakan, “Menguap adalah gejala yang menunjukkan bahwa otak dan tubuh orang tersebut membutuhkan oksigen dan nutrisi; dan karena organ pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak dan tubuh.

Dan hal ini terjadi ketika kita sedang mengantuk atau pusing, lesu, dan orang yang sedang menghadapi kematian. Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut, dan bukan mulut dengan cara biasa menarik nafas dalam-dalam !!!

Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menapis udara seperti hidung.

Maka, apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai-bagai jenis mikroba, kuman dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh.

Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan “menguap” ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri.

Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba’ (sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan.

Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh.

Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap. (Lihat Al-Haqa’iq Al-Thabiyah fii Al-Islam: hal 155).

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

Senin, 28 Juli 2008


Anda ingin lebih cantik dan menarik??

# Jadikanlah Ghadhdul Bashar (menundukkan pandangan) sebagai "hiasan mata" anda, nescaya akan semakin bening dan jernih.

# Oleskan "lipstik kejujuran" pada bibir anda, nescaya akan semakin manis.

# Gunakanlah "pemerah pipi" anda dengan kosmetik yang terbuat dari rasa malu yang dibuat dari salon Iman.

# Pakailah "sabun Istighfar" yang menghilangkan semua dosa dan kesalahan yang anda lakukan.

# Rawatlah rambut anda dengan "Selendang Islami" yang akan menghilangkan kelemumur pandangan lelaki yang merbahayakan.

# Hiasilah kedua tangan anda dengan gelang Tawadhu' dan jari-jari anda dengan cincin Ukhuwwah.

# Sebaik-baiknya kalung anda adalah kalung "kesucian".

# Bedaklah wajah anda dengan "air Wudhu" nescaya akan bercahaya di akhirat.

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

Di Mana Cantiknya Seorang Wanita?

Mungkin pada sepasang matanya yang hening yang selalu menjeling tajam atau yang kadang kala malu-malu memberikan kerlingan manja. Boleh jadi pada bibirnya yang tak jemu-jemu menyerlahkan senyuman manis, atau yang sekali-sekala memberikan kucupan mesra di dahi umi juga, ayah, suami dan pipi munggil anak-anak. Atau mungkin juga pada hilai tawanya yang gemersik dan suara manjanya yang boleh melembut sekaligus melembutkan perasaan.

Sejuta perkataan belum cukup untuk menceritakan kecantikan perempuan. Sejuta malah berjuta-juta kali ganda perkataan pun masih belum cukup untuk mendefinisikan tentang keindahan perempuan. Kitalah perempuan itu. Panjatkan kesyukuran kehadrat Tuhan kerana menjadikan kita perempuan dan memberikan keindahan-keindahan itu. Namun, betapa pun dijaga, dipelihara, dibelai dan ditatap di hadapan cermin saban waktu, tiba masanya segalanya akan pergi jua. Wajah akan suram, mata akan kelam. Satu sahaja yang tidak akan dimamah usia, sifat keperempuanan yang dipupuk dengan iman dan ibadah.

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

Template by : kendhin x-template.blogspot.com