Minggu, 01 Maret 2009

Urgensi Tarbiyah Muslimah

Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia sebagai makhluk yang memiliki kecenderungan dan pilihan-pilihan. Manusia adalah makhluk dinamis, yang mampu mencerap perubahan, positif ataupun negatif, sehingga memungkinkannya berada dalam kondisi yang tidak permanen kebaikan atau keburukannya. Berbeda dengan malaikat yang permanen dalam kebaikan, dan setan yang permanen dalam kejahatan, manusia adalah makhluk yang perlu melakukan suatu usaha untuk menjadi baik, sebagaimana memerlukan suatu usaha untuk menjadi buruk.

Manusia memiliki kemampuan adaptasi yang sangat tinggi, pada saat yang bersamaan ia juga diberi kebebasan memilih jalan. Namun, apapun pilihan manusia, jalan kebaikan atau memilih ke arah yang buruk, semua itu akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah. Semuanya memiliki konsekuensi tersendiri. Allah berfirman:“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban” (Al Isra’(17): 36). Tarikan-tarikan ke arah kebaikan dan keburukan berlangsung secara eternal dalam diri manusia sepanjang kehidupannya. Karena kondisi yang senantiasa berada dalam tarikan-tarikan kecenderungan seperti inilah, ia senantiasa memerlukan penguatan untuk perbaikan diri. Manusia memerlukan penjagaan yang bersifat terus menerus, karena kecenderungan dalam diri itupun berlangsung sepanjang hidup. Disinilah peran pembinaan diri (tarbiyah) mendapatkan tempat dan posisi yang signifikan.



Tarbiyah merupakan langkah efektif untuk menjaga kebaikan manusia, justru karena banyaknya faktor yang mempengaruhi kebaikan dirinya baik secara internal maupun eksternal. Dengan demikian, melakukan tarbiyah adalah sebuah jalan untuk menjaga dan melipatkan kebaikan diri. Imam Baidhawi dalam kitab tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, menyebutkan bahwa pada dasarnya kata Ar Rabb itu bermakna tarbiyah yang artinya menyampaikan sesuatu hingga mencapai kesempurnaannya setahap demi setahap.

Senada dengan itu, Ar Raghib Al Asfahani dalam kitab Al Mufradat berpendapat bahwa Ar Rabb berarti tarbiyah yang bermakna menumbuhkan sesuatu setahap demi setahap hingga mencapai batas kesempurnaannya. Untuk lebih memahami hakikat tarbiyah yang lebih kongkrit dan aplikatif, Dr. Ali Abdul Halim Mahmud memaknai tarbiyah sebagai cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (kata-kata) maupun secara tidak langsung (keteladanan dan sarana-sarana lain) untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik.

Urgensi Tarbiyah bagi akhwat Muslimah

Secara umum, ada beberapa urgensi tarbiyah pada kalangan akhwat muslimah, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Menguatkan kecenderungan diri kepada kebaikan

Wanita, sebagaimana halnya laki-laki, adalah makhluk Allah yang memiliki akal, hati nurani, namun juga nafsu dan kecenderungan-kecenderungan. Di dalam dirinya terdapat sifat-sifat positif, namun juga sifat negatif. Setiap manusia harus melakukan pertarungan dalam dirinya, untuk mengelola sifat-sifat baik dan buruk tersebut sehingga menjadikannya makhluk yang mulia. Rasulullah Saw menggambarkan dua kecenderungan ini sebagai ajakan malaikat dan ajakan setan. Rasulullah Saw bersabda dari Ibnu Mas’ud Ra: “Setan itu dapat menggetarkan hati (mengajak hati) anak Adam (manusia) dan malaikatpun dapat menggerakkan hati (mengajak hati) pula. Adapun ajakan setan ialah untuk mengulangi kejahatan dan mendustakan kebenaran, sedangkan ajakan malaikat adalah mengulangi kebaikan dan mempercayai kebenaran”. Ketika menghadapi pertarungan dalam dirinya sendiri, ada di antara manusia yang terkalahkan oleh hawa nafsunya sehingga ia banyak melakukan keburukan. Ada pula yang berada di tengah-tengah kadang menang tarikan malaikat, kadang menang tarikan setan, dan apa pula yang lebih banyak kebaikannya disebabkan ia lebih mengikuti ajakan kebenaran. Allah berfirman:“…lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada pula yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan dengan izin Allah“. (Faathir(35): 32) Yang dimaksud zhalimun linafsihi adalah mereka yang lebih banyak kesalahannya ketimbang kebaikannya. Sedangkan muqtashidun, adalah mereka yang sebanding antara kejahatan dengan kebaikannya, dan sabiqun bil khairat adalah mereka yang lebih dominan dibandingkan perilaku buruknya. Dengan dua sisi yang berbeda diametral ini, manusia dituntut untuk benar dalam menentukan pilihan kehidupan di dunia ini, agar nanti di akhirat bisa mempertanggungjawabkan dengan baik di sisi Allah.Sifat-sifat buruk manusia bisa menjadi dominan, ketika ia selalu memperturutkan keinginan hawa nafsunya. Jadilah ia manusia yang suka membantah, zalim, keluh kesah, sedikit bersyukur, dan lain-lain. Apabila dominasi sifat buruk ini tidak dilawan, akan menyebabkan ia terjatuh ke dalam keburukan yang semakin lama semakin menguat. Proses tarbiyah akan menepiskan dan mengurangi kecenderungan ke arah keburukan tersebut, dengan menyibukkan seseorang dalam aktivitas kebaikan.

1. Antisipasi kondisi eksternal

Realitas kehidupan sekarang ini, banyak diwarnai oleh teknologi yang tidak pernah berhenti berinovasi. Justru karena kemajuan-kemajuan teknologi tersebut, pada akhirnya peperangan antara kebenaran dengan kebatilan, kebaikan dengan keburukan menjadi semakin canggih dan terbuka. Kebatilan mengekspos dirinya dengan sedemikian vulgar dan elegan, tanpa merasa malu dan risih. Kejahatan dalam berbagai bidang juga telah mengemuka sebagai dampak langsung dari kemajuan teknologi.Istilah juggernaut yang digambarkan secara metaforis oleh Anthony Giddens mungkin tepat untuk melukiskan kengerian dunia sekarang. Juggernaut —truk besar— ini meluncur kencang tanpa kendali. Tidak ada manusia yang bisa meloloskan diri dari keadaan-keadaan ketidakpastian ini, dan tidak ada manusia yang sanggup menghentikan laju truk besar tersebut. Pada akhirnya manusia akan terkena dampak baik secara langsung maupun tidak langsung dari laju juggernaut tersebut.Kondisi zaman seperti itu akan bisa berpengaruh terhadap kebaikan individu-individu dan komunitas umat Islam. Pada kenyataannya degradasi moral telah terjadi pada banyak kalangan masyarakat. Wanita-wanita telah kehilangan harga diri dan kemuliaannya. Mereka menjadi pajangan dan tontonan dunia, menjadi alat produksi bagi sejumlah industri, menjadi alat transaksi dan korban eksploitasi.Diperlukan usaha yang sangat serius untuk mengantisipasi kondisi eksternal tersebut agar tidak berimbas secara negatif ke dalam diri wanita muslimah. Tarbiyah Islamiyah akan melakukan peran antisipasi, agar kemajuan sains dan teknologi tidak menimbulkan pengaruh yang destruktif bagi kepribadian muslimah, tetapi justru bisa dimanfaatkan untuk optimalisasi kebaikan diri dan umat. Tanpa proses pembinaan diri, dikhawatirkan para muslimah gagal mengantisipasi dampak-dampak kemajuan peradaban yang tidak manusiawi ini.Rasulullah saw saja, sebagai manusia sempurna, memerlukan penguatan untuk bisa konsisten dalam kebaikan:“….dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka” (Al Isra’ : 74).Bagaimanakah jadinya, jika para wanita muslimah tidak mendapatkan proses penguatan diri lewat tarbiyah? Tidak seorangpun yang akan mampu mengantisipasi pengaruh globalisasi, jika hanya bertumpu kepada kekuatannya sendiri. Diperlukan penguatan dari Allah lewat proses pembinaan dalam kerangka kebersamaan, agar para wanita muslimah tidak dilindas keganasan zaman.

1. Mempersiapkan Akhwat untuk tugas dan peran peradaban

Akhwat muslimah memiliki tugas dan peran yang sangat besar dan penting dalam sepanjang sejarah kemanusiaan. Ia bukan saja rahim tempat bersemainya para pemimpin peradaban, akan tetapi para akhwat muslimah adalah pendidik para pelaku sejarah dari zaman ke zaman; yang oleh karena itu ia lebih dari sekedar pelaku sejarah itu sendiri. Ada peran besar yang harus dilakukan wanita muslimah untuk kebaikan diri dan umat secara keseluruhan, yaitu peran pembangunan peradaban:

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan mernjadi aman sentosa” (An Nur:55)

Wanita, sebagaimana juga laki-laki, mendapatkan kewajiban dalam melaksanakan amar makruf nahi munkar:

“Adapun orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaiakan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka (laki-laki dan perempuan) akan diberi rahmat oleh Allah” (At Taubah : 72).

Untuk berbagai tugas, peran dan kewajiban itulah mereka memerlukan proses tarbiyah Islamiyah. Muhammad Quthb menggambarkan proses tarbiyah dalam Islam seperti menggesek biola, “Ia menganalisa fitrah manusia itu secara cermat, lalu menggesek seluruh senar dan seluruh nada yang dimiliki oleh senar-senar itu, kemudian menggubahnya menjadi suara yang merdu. Di samping itu ia juga menggesek senar-senar secara menyeluruh, bukan satu demi satu yang akan menimbulkan suara sumbang dan tak serasi. Tidak pula menggeseknya hanya sebagian dan mengabaikan bagian yang lain, yang menyebabkan irama tidak sempurna, dan tidak mengungkapkan irama yang indah sampai ke tingkat gubahan yang paling mengesankan”.

“Islam tidak hanya memberi konsumsi yang tepat pada setiap segi kemanusiaan, tetapi juga memberi takaran pada setiap bagian dengan tepat, tidak lebih dan tidak kurang. Setelah masing-masing menerima bagiannya secara tepat dengan takaran yang tepat pula, manusia bekerja dengan rajin, produktif dan aktif sepanjang hidupnya”, demikian ditulis oleh Muhammad Quthb mengenai proses tarbiyah Islamiyah.

Dengan demikian tarbiyah diharapkan akan berperan menyiapkan segala potensi diri muslimah agar mampu mengemban peran-peran besar dalam sejarah. Mereka harus menjadi wanita yang cerdas dalam segala aspeknya, sehingga tidak tertinggal dibandingkan dengan perempuan-perempuan Barat yang banyak menjadi faktor perusak zaman. Ummul Mukminin A’isyah Ra adalah seorang wanita teladan yang cerdas dalam berbagai bidang.

Urwah bin Zubair pernah berkata, “Aku tidak menyaksikan orang yang lebih memahami tentang kandungan Al Qur’an, kewajibannya, halal haram, puisi, pepatah Arab, dan ilmu nasab, kecuali A’isiyah. Aku tidak menyaksikan orang yang lebih paham tentang masalah fikih, kedokteran dan puisi, kecuali A’isiyah”.

Sosok seperti A’isyah tentu merupakan produk tarbiyah kenabian yang sangat menawan. Para akhwat muslimah diharapkan menyiapkan diri dengan proses tarbiyah untuk bisa memimpin perubahan zaman ke arah yang dikehendaki Islam, sebagaimana para akhwat terdahulu telah ditarbiyah oleh Nabi Saw. Abu Sa’id Al Khudri bercerita, bahwa seorang wanita datang kepada nabi Saw dan berkata:

“Wahai Rasulullah, kaum laki-laki telah mempelajari berbagai ilmu darimu. Sudilah kiranya engkau menyisihkan waktu satu hari bagi kami. Di hari itu kami akan datang kepadamu agar engkau mngajari kami tentang apa yang telah Allah ajarkan kepadamu”.

“Tentukanlah hari dan tempatnya. Aku akan datang memenuhi permintaan kalian,” jawab Nabi Saw.

Abu Sa’id Al Khudri berkata, “Setelah itu, kaum perempuan berkumpul pada hari dan tempat yang telah ditentukan. Rasulullah datang mengajari mereka tentang apa yang telah diajarkan Allah kepadanya” (riwayat Bukhari).

Wanita muslimah zaman keemasan Islam telah mencontohkan urgensi keterlibatan muslimah dalam forum tarbiyah Rasulullah Saw. Mereka memiliki waktu khusus bertemu Nabi Saw dan mendapatkan hak-hak tarbiyah, justru karena mereka sedang dan akan mengemban amanah-amanah peradaban yang sangat besar.

1. Kekhususan Kaum wanita

Wanita dan laki-laki adalah dua jenis makhluk Allah yang diciptakan dalam kesetaraan dan kesamaan nilai kemanusiaan. Akan tetapi mereka adalah makhluk yang khas satu dengan yang lainnya dalam beberapa sisi, terutama berkenaan dengan peran khusus mereka. Kaum wanita memiliki kekhususan dibandingkan dengan kaum laki-laki, sebagaimana juga terjadi sebaliknya.

Temuan-temuan ilmiah mutakhir telah menemukan bahwa ada perbedaan secara anatomis biologis antara laki-laki dan perempuan. Sekalipun kedua insan ini berasal dari satu asal kejadian tetapi ada perbedaan bentuk anatomis dan psikologis sehingga ada bagian dari tubuh perempuan yang tidak terdapat pada pria, begitu juga sebaliknya.

Pada perempuan ada bagian kandungan yang mempunyai jaringan yang halus dan rapi serta desain yang sedemikian canggih untuk dapat memenuhi tugasnya melindungi kehidupan embrio selama kurang lebih 40 minggu untuk menjadi manusia yang berakal budi di kelak kemudian hari.

Al Ustadz Ahmet Alqet menyatakan bahwa rangka tubuh perempuan lebih kecil dan lebih pipih dari rangka tubuh pria. Tinggi badan perempuan berukuran sedang dan lebih pendek 10-12 cm dari laki-laki yang berukuran sedang. Secara umum para peneliti menemukan perbedaan itu berkisar pada tinggi dan berat badan rata-rata ; dalam besarnya ukuran hati, otak, serta kekuatan pernafasan membakar karbon dan kepekaan indera pembauan. Ditemukan tulang punggung perempuan lebih kecil dan persendiannya lebih ringan. Lambungnya pun lebih pendek dan melengkung.

Perbedaan lingkar dada dua jenis insan ini juga menyolok. Perubahan-perubahan secara fisiologis antara laki-laki dan perempuan cenderung berbeda. Menurut Mr. Hurlock (1994) perkembangan tinggi badan perempuan lebih cepat dibanding laki-laki. Pada perempuan tercapai pada usia tujuh belas dan delapan belas tahun dan rata-rata laki-laki satu tahun sesudahnya.

Begitu juga pada kapasitas paru-paru perempuan hampir matang pada usia tujuh belas tahun sedangkan laki-laki mencapai kematangan beberapa tahun kemudian. Pertumbuhan pubertas lebih cepat terjadi pada perempuan, yakni mulai kira-kira usia 8,5 sampai 11,5 tahun dan laki-laki mulai sekitar 10,5 sampai 14,5 tahun.

Sedangkan ciri-ciri seks primer ditunjukan oleh perkembangan organ-organ seks. Pada laki-laki dimulai dari gonad atau testes yang terletak di dalam scrotum. Ketika fungsi-fungsi organ reproduksi laki-laki sudah matang biasanya mulai terjadi “mimpi basah”. Hal ini terjadi ketika kandung kemihya penuh, mengalami sembelit, atau jika terselimuti dengan hangat. Pada perempuan terjadi pertumbuhan organ reproduksi pada masa puber. Uterus anak usia 11 tahun atau 12 tahun seberat 5,3 gram dan pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Tube falopi, telur-telur dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini.

Selain itu mulailah datang masa haidh yang tidak terjadi pada laki-laki. Pada keadaan ini terjadi pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap bulan sampai mencapai usia menopause pada akhir usia empat puluhan atau awal lima puluhan tahun. Jadi disimpulkan secara umum anatomis perempuan dan laki-laki banyak memiliki perbedaan dan kekhususan yang akan mendukung peranannya di kemudian hari.

Hal lain yang menarik dari perkembangan psikologis ditemukan oleh dua guru besar yakni Lowe Broso dan Sirgy bahwa perempuan lebih kuat menahan derita sakit dibanding laki-laki. Hal ini merupakan kebaikan karena perempuan banyak menderita sakit, seperti ketika hamil, melahirkan, menyusui, haidh, nifas dan lain-lain. Bagaimana dengan ciri-ciri sifat yang lain, apakah ada perbedaan ?

Walaupun perbedaan pokok susunan syaraf di antara laki-laki dan perempuan tidak berarti, tapi ada suatu kecenderungan dalam perangai yang sifatnya berlainan. Menurut Abbas Kararah (1995) bahwa kelembutan, kehalusan watak dan kelebihan perasaan lebih dominan terdapat pada perempuan, sedangkan kekerasan, pendirian teguh, kecerdikan menguasai hawa nafsu merupakan ciri-ciri watak lelaki.

Di sisi lain intuisi perempuan lebih tajam, kemampuan ingatan perempuan amat kuat. Hal lain dibuktikan dengan melihat kenyataan bahwa para aktris film lebih cepat menghafal teks skenario dari pada para aktornya. Penelitian Hadiyono dan Kahn (1987) menemukan bahwa laki-laki secara signifikan menunjukkan nilai yang lebih tinggi pada stabilitas emosi, dominasi, keberanian dan kepuasan diri dari pada perempuan.

Newcomb et.al (1986) juga melaporkan persepsi perempuan terhadap kejadian-kejadian hidup lebih ekstrim dari pada laki-laki. Kejadian-kejadian hidup lebih dipersepsikan sebagai hal yang tidak mengenakkan bagi perempuan. Diener et.al (1985) juga menemukan bahwa perempuan memang menunjukan intensitas emosi (positive-negative affect) yang lebih ekstrim dibanding laki-laki.

Dari serangkaian perbedaan tersebut menunjukkan, ada kekhususan pada diri wanita yang harus mendapatkan sentuhan tarbiyah secara khusus pula. Ada bagian-bagian yang memang sama antara laki-laki dan perempuan yang oleh karena itu bisa ditempuh dengan pentarbiyahan yang sama, akan tetapi karena adanya kekhususan tersebut diperlukan pula perhatian yang spesifik pada aspek-aspek yang berbeda.

Ahamiyah

1. Penanaman iman memerlukan kesungguhan, penjagaan dan mutaba’ah
2. Amal Islami memerlukan ta’awun alat taqwa
3. I’dadul Mar’ah Muslimah adalah keharusan dan tuntutan zaman
4. Mempersiapkan generasi masa depan shalih memerlukan ibu-ibu yang tertarbiyah dengan baik
5. Mar’ah Muslimah adalah unsur asasi dalam membangun masyarakat
6. Fitrah Muslimah memerlukan optimalisasi untuk menjadi pilar-pilar kehidupan

Tujuan

1. Fardiyah
1. Bina’ sykahshiyah Islamiyah
2. Bina syakhsiyah da’iyah
3. Pelatihan amal dan pengalaman
4. Medndapatkan Ketrampilan
2. A’iliyah
1. Mendapatkan suami shalih yang mendukung dakwah
2. Membina keluarga yang ddipenuhi pengarahan
3. Membentuk keluarga yang terlibat dalam amal Islami
3. Ijtima’iyah
1. Menumbuhkan kepekaan dan jiwa sosial bagi muslimah
2. Mempersiapkan akhwat untuk peran-peran peradaban
3. Mempersiapkan akhwat untiuk peran kepemimpinan
4. Da’wiyah
1. Meningkatkan mustawa tsaqafah akhwat
2. Membentangkan medan dakwah bagi akhwat
3. Pelibatan akhwat dalam perkumpulan wanita


[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

Template by : kendhin x-template.blogspot.com