Senin, 01 Desember 2008

AURAT.........

Kata aurat berasal dari beberapa akar kata:
1. ‘awira = hilang perasaan, hilang cahaya, atau (untuk mata) lenyap penglihatan;
2. ‘aara = menutup dan menimbun;
3. a’wara = mencemarkan bila terlihat
Secara bahasa, aurat berarti malu, aib, buruk.

Di Islam, yang dimaksud dengan aurat adalah batas minimal dari anggota tubuh manusia yang wajib ditutup karena perintah ALLOH SWT. Anggota tubuh tersebut dapat menimbulkan birahi atau syahwat jika dibiarkan terbuka, karenanya mesti ditutup dan dijaga, sebagai bagian dari kehormatan manusia.

Jika kedua hal di atas digabung, maka aurat adalah anggota atau bagian dari tubuh manusia yang bila terbuka atau tampak akan menimbulkan rasa malu, aib, dan keburukan. Bagi yang terbuka auratnya, akan menimbulkan rasa malu, sedangkan bagi yang melihatnya akan menimbulkan rasa terangsang dan lain-lain.

Kewajiban menutup aurat sudah menjadi kesepakatan semua pihak. Tidak ada permasalahan/selisih pendapat mengenai aurat laki2. Semuanya sepakat bahwa aurat laki2 = bagian tubuh antara pusar (udel,Jawa) hingga lutut. Imam Hambali dan Imam Malik bahkan menyatakan bahwa aurat laki2 adalah 2 kemaluan, depan dan belakang.

Maka, tidaklah heran, jika kita (laki2) sholat mesti menggunakan penutup aurat, bisa berupa celana panjang, ataupun sarung. Celana pendek, terlebih celana dalam, tidak bisa digunakan untuk sholat, karena aurat masih terlihat.

Untuk perempuan, terdapat perbedaan pendapat diantara kaum ulama. Pendapat pertama menyatakan bahwa aurat perempuan adalah SEMUA/SELURUH TUBUHNYA, TERMASUK muka, kedua telapak tangan dan bahkan kukunya. Tidak heran kita akan temukan perempuan2 bercadar yang menutup hampir semua tubuhnya, kecuali sedikit matanya untuk melihat. Pendapat kedua menyatakan aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya KECUALI muka, kedua telapak tangan, dan kukunya. Termasuk di dalamnya kedua telapak kakinya.

Apapun perbedaan pendapat yang timbul, semua ulama sepakat bahwa MENUTUP AURAT, APA DAN BAGAIMANAPUN BATASNYA, adalah WAJIB. Dasar yang digunakan adalah:

>> An Nuur(24):30 “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.”

>> An Nuur(24):31 “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”

>> An Nuur(24):60 “Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

>> An Ahzab(33):33 “dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”

>> An Ahzab(33):59 “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.”

>> An A’raf(7):26 “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

UZLAH..........

Ibnu Athaillah Assukandary dalam Syarah Hikam menyebutkan bahwa dalam diri manusia terdapat bagian yang namanya al-qalbu (hati). Hati ini bisa membuat manusia sejahtera dan bisa pula membuat manusia sakit. Selanjutnya, dia mengatakan bahwa hati ini pula yang membuat tumbuhnya iman, tempat berseminya makrifat kepada Allah SWT, dan berkembangnya rasa keikhlasan.

Berkembangnya rasa keikhlasan manusia sangat dipengaruhi oleh gersang tidaknya hati manusia. Kegersangan hati manusia hanya bisa terobati oleh kedekatan dirinya pada Allah SWT. Bagaimana untuk bisa terus mendekatkan diri kepada Allah SWT? Hanya ada satu cara, yaitu ber-uzlah. Menurut Ibnu Athaillah, yang dimaksud dengan uzlah adalah menghadapkan hati secara terarah khusus kepada Allah SWT. Dengan demikian, menurut dia, hati akan terbebaskan dari masuknya gambaran-gambaran lain selain Allah SWT. Menurut Syekh Zarruq, orang yang ber-uzlah terbagi dalam tiga bagian. Pertama, orang yang ber-uzlah dengan hatinya saja sementara badannya tidak. Kedua, orang yang ber-uzlah badannya saja sementara hatinya tidak. Ketiga, orang yang ber-uzlah baik badan maupun hatinya.

Orang yang ber-uzlah menurut kriteria pertama adalah orang yang dapat memelihara hatinya dari keadaan sekitar dia. Meski hidup di tengah kemaksiatan, ia tidak terpengaruh oleh keadaan sekitarnya. Orang yang ber-uzlah menurut kriteria kedua adalah orang yang terpengaruh oleh keadaan sekitarnya meskipun ia tinggal menyendiri. Sedangkan orang yang ber-uzlah menurut kriteria ketiga adalah orang yang benar-benar menjauhkan diri dari keadaan sekitarnya baik fisik maupun hatinya.

Uzlah yang terbaik menurut Ibnu Athaillah adalah uzlah-nya Ahlun Nihayah atau manusia yang berada pada tingkat sempurna. Berdasar penjelasannya, orang yang berada pada tingkat ini, ciri-cirinya lebih dekat dengan pelaku uzlah yang masuk kelompok pertama. Orang yang masuk kriteria pertama ini hidupnya diibaratkan seekor ikan yang hidup di laut. Ikan laut tidak akan terasa asin walaupun ia hidup di air laut yang begitu asin. Begitulah hidup orang yang beriman, sangat dekat kepada Allah SWT. Ia tidak terpengaruh oleh keadaan sekitarnya yang penuh kemungkaran. Dia justru terus melawan kemungkaran itu.

Dakwah baginya merupakan kewajiban dalam rangka mencegah kemungkaran dan menegakkan yang makruf (QS Ali Imran: 104, 110). Tentu saja dakwah yang dilakukan adalah dakwah yang sesuai dengan perintah Allah SWT dan tuntunan Rasulullah SAW. Dakwah yang mengajak manusia untuk beriman kepada Allah SWT dengan cara memberi hikmah, memberi teladan yang baik, dan memperlakukan manusia dengan rasa kemanusiaan (QS An-Nahl: 125). Dengan dakwah seperti itu, manusia yang mendapatkan dakwahnya dapat melakukan uzlah untuk mencapai tingkat kesempurnaan (uzlah ahlun nihayah). Mudah-mudahan, dengan ber-uzlah kita semua bisa mencapai derajat takwa yang juga sempurna.

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

UJIAN KITA.......

Apapun yang menimpa diri kita, Insya Allah akan menjadi kebaikan kalau dihadapi dengan sikap positif.


Mencermati situasi saat ini, terasa betapa kehidupan dirasakan sangat berat. Bencana kebanjiran, tanah longsor, angin badai, dan maraknya kejahatan menjadi warna dominan dalam pemberitaan di media cetak ataupun elektronik. Kalau musibah atau ujian itu menimpa diri kita, apa yang harus kita lakukan untuk bisa menghadapinya ? Paling tidak ada tujuh trik untuk bisa menyelesaikan berbagai ujian kehidupan. Yaitu :

Pertama, yakini bahwa cobaan itu merupakan ekspresi cinta Allah pada hamba-Nya. Allah Swt memberikan cobaan agar kita menjadi lebih dewasa dan matang dalam mengarungi kehidupan.
Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik maka ia diberi-Nya cobaan."? (H.R.Bukhari)

Kedua, yakini bahwa makin besar dan banyak cobaan yang Allah turunkan kepada kita, makin besar pula pahala dan sayang Allah yang akan dilimpahkan kepada kita. Dengan catatan, kita bisa menyelesaikan setiap ujian itu secara baik. Anas r.a. berkata: Nabi saw. bersabda, "Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung pada besarnya cobaan. Sesungguhnya apabila Allah Ta'ala itu mencintai suatu kaum maka Ia mencobanya. Barang siapa yang rela menerimanya, ia mendapat keridhoan Allah, dan barang siapa yang murka, maka ia pun mendapat murka Allah" (H.R.Tirmidzi)

Ketiga, yakini bahwa ujian itu akan menghapuskan dosa-dosa yang pernah kita kerjakan. Abu Said dan Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Seorang muslim yang tertimpa penderitaan, kegundahan, kesedihan, kesakitan, gangguan, dan kerisauan, bahkan hanya terkena duri sekalipun, semuanya itu merupakan kafarat (penebus) dari dosa-dosanya (H.R. Bukhari dan Muslim)

Keempat, selalu berpikir positif bahwa apapun yang menimpa diri kita akan menjadi kebaikan. Abu Yahya Shuhaib bin Sinan r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Sungguh menakjubkan sikap seorang mukmin itu, segala keadaan dianggapnya baik dan hal ini tidak akan terjadi kecuali bagi seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu lebih baik baginya, dan apabila ditimpa penderitaan, ia bersabar, maka itu lebih baik baginya."(H.R.Muslim)

Kelima, yakini bahwa setelah dalam kesulitan ada kemudahan. Fakta menunjukkan, sering kali ide-ide brilian justru lahir atau muncul ketika kita berada dalam puncak kesulitan. Contoh sederhana, banyak mahasiswa bisa mengarang pada saat menghadapi soal-soal ujian bukan ? Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (Q.S. Alam Nasyrah 94: 5- 6)

Keenam, selalu optimis bahwa kita bisa menyelesaikan setiap ujian yang Allah swt. berikan, karena Allah swt. tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan hamba-Nya. Optimisme bisa melahirkan energi yang tersembunyi dalam diri kita, karena itu optimisme bisa menjadi bahan bakar untuk menyelesaikan segala persoalan. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (Q.S. Al-Baqarah 2 : 286)

Ketujuh, hadapi ujian dengan usaha dan doa. Kerahkan segala ihtiar untuk menyelesaikan ujian dan bingkai usaha itu dengan doa. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap" (Q.S. Alam Nasyarh 94 : 7 - 8). Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan doamu." (Q.S. Al-Mu'min 40: 60)



Itulah tujuh trik untuk menghadapi berbagai ujian. Apapun yang menimpa diri kita, Insya Allah akan menjadi kebaikan kalau dihadapi dengan sikap positif, optimisme, ihtiar yang maksial dan dibingkai dengan doa. Sesungguhnya pertolongan Allah akan turun kalau kita berada di klimaks ujian. Untuk itu, jadikanlah ujian sebagai tangga untuk meraih pertolongan Allah Swt.

[+/-] bAcA yUuUkk,!!!

Template by : kendhin x-template.blogspot.com